Wagub Riza Prediksi Harga Hewan Kurban di DKI Makin Mahal Akibat Penyebaran Penyakit Mulut-Kuku
Sapi asal Kupang, NTT yang ada di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya (ANTARA/HO Karantina Pertanian Surabaya)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmas Riza Patria memprediksi harga hewan kurban jelang Iduladha tahun ini akan semakin mahal karena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan yang tengah menyebar di sejumlah daerah.

"Kita tahu, penyakit menular mulut dan kuku semakin meluas, semakin marak, dan ini akan diikuti dengan peningkatan harga jual sapi, khususnya menjelang Iduladha," kata Riza di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Selasa, 17 Mei.

Saat ini, Pemprov DKI memang belum menemukan hewan yang terserang PMK masuk Jakarta. Namun, Riza mengaku pihaknya telah melakukan antisipasi aebagai upaya menjaga kualitas hewan maupun daging yang beredar di pasaran.

"Kami sudah minta kepada BUMD dharma Jaya untuk segera melakukan langkah-langkah antisipasi agar dapat sapi dengan kualitas yang baik, jauh dari penyakit PMK, dan juga dengan harga yang masih terjangkau daya beli masyarakat," ujarnya.

Sebagai informasi, hewan ternak di sejumlah daerah di Jawa Timur terserang penyakit mulut dan kuku (PMK). Akibat wabah ini, sebanyak 736 ekor sapi yang dikirim dari Nusa Tenggara Timur tujuan DKI Jakarta tertahan di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur dampak adanya PMK hewan yang mewabah di daerah itu.

Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati menyebut pihaknya akan melakukan pengetatan lalu lintas pengiriman hewan ternak yang dikirim dari luar daerah bersama satgas pangan yang melibatkan Dinas Perhubungan DKI dan Polda Metro Jaya.

"Kita mengetatkannya lalu lintas itu. Selain kita melihat surat keterangan sehat hewan, dari mana asal ternaknya itu, kita akan melihat gejala klinis fisik dari hewan itu sendiri," ungkap Suharini.

Selain itu, Pemprov DKI juga akan melakukan edukasi kepada masyarakat peternak serta pengelola tempat penampungan hewan ternak yang ada di Jakarta.

"Yang penampung kita tekankan bio security-nya. Kemudian kejujuran dari peternak kita sendiri kapan terakhir kali memasok ternaknya, kapan mengeluarkan, ke mana, itu yang bisa kita komunikasikan ke mereka," jelasnya.