Klaster Keluarga di Bogor Memuncak, Bima Arya: Akibat Jakarta Terapkan PSBB Transisi
Wali Kota Bogor Bima Arya (Foto: Diah/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Wali Kota Bogor Bima Arya tidak memungkiri saat ini kasus COVID-19 dari klaster keluarga di daerahnya paling tinggi. 46 persen atau 729 kasus di Bogor, berasal dari klaster keluarga.

Hal itu berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kota Bogor per tanggal 11 Oktober. Setelah klaster keluarga, nomor dua adalah klaster luar kota dengan persentase 27 persen atau 422 kasus.

Dalam analisisnya, Bima Arya menyebut tingginya klaster keluarga di Bogor merupakan dampak dari banyaknya warga Kota Bogor yang bekerja di Jakarta, dengan persentase sebesar 55 persen.

"Data menunjukkan bahwa klaster keluarga menjadi yang terbesar di kota Bogor dalam penularan COVID-19. Dalam klaster keluarga, sebagian besar anggota keluarga itu terpapar dari anggota keluarganya yang bekerja di Jakarta," kata Bima dalam diskusi virtual, Rabu, 14 Oktober.

 

Oleh sebab itu, ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan untuk merelaksasi pembatasan seperti masa PSBB transisi saat ini, peningkatan klaster keluarga di Bogor akan kembali meningkat.

"Ketika pak Gubernur DKI memutuskan untuk melonggarkan sektor ekonomi di Jakarta, kantor-kantor dibuka kembali, mal-mal dibuka kembali, otomatis terjadi penumpukan di Stasiun Kota Bogor. Saat itulah kemudian ada risiko untuk penyebaran virus," jelas Bima.  

Pengaruh kebijakan limitasi di DKI menjadi berdampak pada Kota Bogor terbukti dari data penumpang KRL Commuter Line. Dalam keadaan normal, setiap harinya ada 40 ribu warga yang berangkat dari Stasiun Kota Bogor menuju Jakarta.

Ketika DKI menjalankan PSBB, mobilitas pengguna KRL di Stasiun Kota Bogor menurun hingga menyisakan 7 ribu penumpang per hari menuju Jakarta.

Selain itu, ada sekitar 300 ribu warga dari Jakarta dan sekitarnya, masuk ke kota Bogor untuk menghabiskan akhir Pekan. Kemudian, banyak kegiatan MICE seperti lokakarya, bimbingan teknis, serta pelatihan di Kota Bogor dari Jakarta.

"Data-data ini menunjukkan bahwa Bogor dan Jakarta itu terintegrasi secara ekonomi dalam dimensi transportasi," ungkapnya.