JAKARTA - Bencana alam tanah longsor yang terjadi pada awal 2022 masih dirasakan warga Desa Alorawe, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pemerintah Kabupaten Nagekeo meresponsnya dengan menyalurkan bantuan sembako bagi 10 kepala keluarga (KK) terdampak.
"Kami berikan bantuan makanan. Penyerahan bantuan sempat tertunda karena hujan deras dan sebagian jembatan tergerus sehingga roda empat tidak bisa lewat," kata Kepala Dinas Sosial Nagekeo Rufus Raga di Kabupaten Manggarai Barat, dikutip Antara, Kamis 12 Mei.
Bantuan yang diberikan Dinas Sosial Nagekeo antara lain beras, minyak goreng, gula pasir, dan telur. Bantuan berupa beras diberikan sesuai ketentuan Kemensos yakni per kg per jiwa selama 14 hari. Dinas Sosial Nagekeo pun memberikan 5,6 kg per jiwa dan disesuaikan dengan jumlah jiwa dalam kartu keluarga.
Kejadian bencana itu telah terjadi pada Januari lalu yang menyebabkan tanah longsor akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut. Dampak yang ditimbulkan yakni 54 ekor kambing mati tertimbun tanah dari total 80 ekor kambing milik warga.
BACA JUGA:
Namun, katanya, bantuan baru bisa diserahkan di seberang kali Lowopau-Aesesa, Rabu, karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan ke sana. Jembatan penghubung desa itu pun sedang dalam perbaikan, sehingga penyerahan bantuan tertunda beberapa kali.
Ia menjelaskan, bantuan diberikan setelah adanya laporan dari penjabat kepala desa terkait kondisi di lapangan. Setelah petugas melakukan identifikasi, proses selanjutnya ialah persiapan bantuan makanan.
Pihaknya berharap bantuan yang diberikan dapat berguna untuk memenuhi kebutuhan sementara keluarga terdampak.
Ia bersyukur karena ada gerakan solidaritas bersama yang lebih dahulu dilakukan oleh sesama warga ketika terjadi musibah di sana. Masyarakat melalui desa pun telah melakukan gerakan bersama untuk membantu meringankan kebutuhan dari keluarga terdampak, baik makanan maupun kebutuhan lain.
Di samping pemberian bantuan ini, ia meminta masyarakat untuk siaga terhadap situasi bencana ke depan.
Selain itu, juga mengajak masyarakat untuk melestarikan alam agar tidak ada lagi bencana alam seperti longsor yang akan merugikan warga. Desa juga diminta untuk melakukan perencanaan teknis dengan baik seperti penebangan pohon-pohon yang berpotensi roboh ketika terjadi hujan angin.
"Beberapa kejadian itu rumah tertindih pohon," tandasnya.