Satgas COVID-19 Minta Universitas yang Mahasiswanya Demo Lakukan Identifikasi
Juru Bicara Satgas COVID-19 Widu Adisasmito (Foto: dok BNPB)

Bagikan:

JAKARTA - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 meminta agar universitas yang mahasiswanya ikut demo menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja pada Kamis, 8 Oktober lalu bisa melakukan identifikasi dan melaksanakan pengujian COVID-19.

Hal ini penting dilakukan, tujuannya untuk mencegah penyebaran virus sehingga menyebabkan terjadinya klaster massa aksi demonstrasi.

"Kami imbau agar pihak universitas yang mahasiswanya mengikuti kegiatan tersebut (aksi demonstrasi, red) bisa melakukan identifikasi serta testing," kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Widu Adisasmito dalam konferensi pers yang ditayangkan secara daring, Selasa, 13 Oktober.

Jika ada mahasiswa yang kemudian dinyatakan positif, dia meminta agar pihak universitas bisa melakukan pelacakan kontak.  "Sediakan juga isolasi bagi mahasiswa yang terindikasi reaktif," tegasnya.

Selain mahasiswa, kelompok buruh yang ikut turun aksi saat itu juga menjadi perhatian Satgas COVID-19. Wiku meminta, perusahaan segera membuat tim satgas di tingkat perusahaan. 

Tim ini, kata dia, kemudian diminta berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk melakukan screening terhadap buruh yang mengikut kegiatan aksi demonstrasi menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja.

"Jika ada yang reaktif segera lakukan tracing untuk memastikan kontak terdekatnya," ujarnya sambil mengingatkan para pendemo juga bisa secara mandiri memeriksakan kesehatannya, jika mengalami gejala COVID-19.

"Sehingga bisa dipastikan status kesehatannya," imbuh dia.

Selanjutnya, Wiku mengatakan masyarakat yang memilih untuk turun aksi harus tetap ingat melaksanakan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan selalu menggunakan masker.

"Pandemi ini mengharuskan kita berpikir secara kritis. Setiap apa yang kita lakukan harus dipikirkan manfaat dan mudaratnya. Termasuk kerumunan massa yang besar," katanya.

Dia mengingatkan, masyarakat harus tetap untuk tak berkerumun di masa pandemi ini. Apalagi, kerumunan ini berpotensi membuat siapapun bisa saja terpapar COVID-19.

"Jangan karena berkerumunan kita membawa penyakit dan ancaman kematian pada kerabat dan keluarga kita," pungkasnya.