Peringatan WHO kepada Pemimpin Dunia: Kuncitara Adalah Jalan Terakhir Atasi COVID-19
Ilustrasi (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperingatkan para pemimpin negara di dunia agar tidak mengandalkan lockdown atau kuncitara untuk menangani COVID-19. Hal tersebut disampaikan setelah WHO kerap mengatakan negara-negara harus berhati-hati saat melakukan pembukaan kembali ekonomi. 

Dokter utusan WHO untuk urusan COVID-19, David Nabarro dalam wawancaranya bersama The Spectator mengungkapkan kuncitara dapat diberlakukan namun hanya sebagai langkah pamungkas. “Kami di Organisasi Kesehatan Dunia tidak menganjurkan lockdown sebagai cara utama pengendalian virus ini,” kata Nabarro.

"Satu-satunya saat kami yakin bahwa lockdown dapat dibenarkan adalah untuk memberi Anda waktu untuk mengatur ulang, menyusun kembali, menyeimbangkan kembali sumber daya Anda, melindungi petugas kesehatan Anda yang kelelahan. Tapi pada umumnya, kami lebih suka tidak melakukannya,” ujar Nabarro. 

Dalam wawancara tersebut, Nabarro juga mengatakan bahwa ada kerugian signifikan yang disebabkan oleh lockdown yang ketat. Kerugian tersebut khususnya terhadap ekonomi global.

Selain itu, Nabarro juga memaparkan negara-negara yang memiliki dampak besar terhadap kebijakan kuncitara. Kebanyakan negara-negara tersebut merupakan yang begitu mengandalkan pariwisata dalam perekonomiannya. 

“Lihat saja apa yang terjadi dengan industri pariwisata di Karibia, misalnya, atau di Pasifik karena orang-orang tidak berlibur,” kata Nabarro. “Lihat apa yang terjadi pada petani kecil di seluruh dunia. Lihat apa yang terjadi pada tingkat kemiskinan. 

Menurut Nabarro tingkat kemiskinan dunia mungkin akan bertambah dua kali lipat pada tahun depan. "Kami mungkin memiliki setidaknya dua kali lipat dari malnutrisi anak," tukasnya. 

Bertahap

Sebelumnya, WHO  telah memperingatkan jika terdapat lonjakan, kuncitara harus diberlakukan kembali jika negara-negara yang mencabut pembatasan tidak mengelola transisi dengan sangat hati-hati. Pencabutan kuncitara harus dilakukan secara bertahap. Jika pembatasan dilonggarkan terlalu cepat, infeksi akan muncul kembali.

Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan serangkaian langkah yang perlu diambil negara sebelum mencabut langkah-langkah kuncitara untuk mengendalikan penyebaran COVID-19, seperti kontrol pengawasan dan kesiapan sistem kesehatan.

Pada Mei, sekitar setengah dari populasi dunia berada di bawah beberapa bentuk tindakan kuncitara yang diberlakukan dalam upaya global untuk menahan penyebaran COVID-19. Saat itu negara yang terpukul paling parah, termasuk Amerika Serikat, Italia, dan Spanyol, baru beralih ke pembukaan kembali ekonomi.

Dikutip dari BBC, pada minggu lalu sekitar 6.000 ahli, sebagian besar dari Inggris, mengatakan bahwa kebijakan pematasan sosial tersebut berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental serta masyarakat. Mereka menyerukan agar perlindungan untuk difokuskan pada masyarakat yang rentan, sementara orang sehat melanjutkan hidup mereka.