Bagikan:

JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Grifith Australia, Dicky Budiman mengatakan dirinya sudah lima kali mendapat suntik vaksin COVID-19. Tiga dosis suntikan dia dapatkan di Australia, dua dosis suntikan dia dapatkan di Indonesia.

Kepada VOI, Dicky menceritakan dia harus mengulang vaksinasi di Indonesia sebanyak dua dosis. Penyebabnya, tiga dosis vaksin Pfizer yang diterimanya di Australia tak bisa terdata di aplikasi PeduliLindungi.

"Betul, saya sudah lima kali dosis vaksin yang saya terima. Sebelumnya saya di Australia sudah mendapatkan tiga dosis vaksin Pfizer dan itulah sebabnya kenapa saya bisa datang ke Indonesia untuk mudik karena syarat utama dan pertama adalah orang itu sudah tiga dosis kalau keluar negeri," kata Dicky saat dihubungi, Selasa, 26 April.

Dicky yang masuk ke Indonesia melalui Bandara Internasional Ngurah Rai Bali ini, sempat memperlihatkan kepada petugas sertifikat vaksin internasional yang dimilikinya.

Sertifikat tersebut, sambung dia, sudah sesuai standar World Health Organization (WHO) dan dilengkapi dengan barcode. "Tapi ternyata sistem barcode itu belum bisa digunakan di Indonesia," ujar epidemiolog itu.

Dicky yang penasaran kemudian mencoba mengakses aplikasi PeduliLindungi dan berupaya melapor di melalui hotline yang tersedia. Tapi, cara yang dilakukannya itu tak menemui hasil.

"Kemudian diminta menunggu sekitar tiga atau lima hari kerja. Setelah itu ternyata, sambil saya karantina dan tes PCR sebanyak dua kali dan hasilnya, alhamdulillah, negatif ternyata firm bahwa sertifikat vaksinasi saya yang dari Australia itu tidak bisa marge di PeduliLindungi," ungkapnya.

"Akhirnya PeduliLindungi saya merah. Saya enggak bisa isi eHAC. Saya enggak bisa padahal saya mau ke Bandung dari Bali," imbuh Dicky.

Singkat cerita, Dicky memang tetap bisa pergi ke Bandung, Jawa Barat yang jadi kampung halamannya. Namun, dia memutuskan untuk mengulang suntik vaksin COVID-19.

Penyebabnya, selain karena dia merasa harus taat aturan, Dicky juga mengalami kesulitan akibat tanda merah di PeduliLindunginya.

"Saya melakukan vaksin di Bandung untuk menghijaukan atau menghilangkan tanda merah di PeduliLindungi saya karena betul-betul enggak ada status vaksinasinya. Setelah vaksin pertama, saya dapat Moderna, alhamdulillah, hilang status merah saya di PeduliLindungi," jelasnya.

"Tak berapa lama saya juga mendapat undangan untuk dosis kedua," katanya.

Bagaimana rasanya dapat vaksin COVID-19 sebanyak lima kali?

Dicky menyebut tak ada efek samping yang berarti setelah mendapatkan vaksin lebih dari tiga kali. Dia hanya mengatakan, hanya merasakan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) biasa seperti demam, sedikit nyeri kepala, dan pegal bekas suntikan.

"Tapi itu hanya dua hari pertama saya rasakan. Setelah itu enggak ada," ujarnya.

Dari ceritanya itu, Dicky meminta masyarakat tak perlu khawatir untuk mendapatkan vaksin COVID-19. Karena dia sudah disuntik sebanyak lima kali tapi tidak merasakan apapun.

"Ini membantah sekaligus menyangkal bahwa vaksin tidak aman, berbahaya. Saya biasa saja, aman," tegasnya.

Tak hanya itu, dia juga mengingatkan vaksin ini sangat efektif untuk mencegah paparan virus. Sebab, sejak dirinya divaksin di Australia hingga saat ini, dia belum pernah positif COVID-19.

"Dua hal yang saya angkat bahwa vaksin aman dan efektif," ungkap Dicky.

Selain itu, dirinya juga tak khawatir akan terjadi efek samping lainnya meski sudah lima kali disuntik vaksin COVID-19. Alasannya, Dicky telah membaca literatur di mana definisi vaksin lengkap harusnya antara tiga dosis atau empat dosis.

"Jadi setelah booster kemudian ada satu lagi. Karena beberapa data terutama di Eropa, setelah booster setelah dosis tiga itu terjadi perlambatan proteksi. Kalau yang sebelumnya, setelah dua dosis tiga empat bulan menurun. Nah, sekarang ada kecenderungan enam sampai tujuh bulan setelah booster itu walaupun ini harus menunggu data berikut," katanya.

"Kan vaksin DPT saja tiga kali di anak-anak. Jadi bukan hal baru, kemungkinan vaksin COVID-19 ini yang dimaksud dengan dosis lengkap kemungkinan di posisi tiga dosis," pungkas Dicky.