JAKARTA - Pegawai perempuan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berbagi cerita kala memperingati Hari Kartini pada hari ini, Kamis, 21 April. Mereka adalah penyidik bernama Surya Tarmiani; dokter di KPK, Shinta Gasenova; dan pengawal tahanan, Rohimah.
Pada cerita yang dibagikan, Surya Tarmiani menyebut pekerjaannya begitu menantang karena punya risiko tinggi dan berbagai ancaman. Sehingga, jumlah penyidik perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan penyidik laki-laki.
Meski begitu, dia mengaku tak gentar. Bahkan, Surya kerap turun ke lapangan untuk mengumpulkan barang bukti hingga memeriksa sejumlah saksi yang berkaitan dengan kasus korupsi yang sedang diusut.
"Memang penyidikan itu suatu pekerjaan yang dominannya dilakukan oleh laki-laki. Jadi memang perempuan kalau di situ (Direktorat Penyidikan KPK, red) hanya (berjumlah, red) sebagian kecil saja. Memang banyak tantangannya, banyak di awal pasti tidak menyangka akan menghadapi pekerjaan atau risiko semacam itu," kata Surya seperti dikutip dari keterangan tertulis dari KPK, Kamis, 21 April.
Dia kemudian menceritakan dirinya kerap mendapat intimidasi atau jawaban aneh dari saksi maupun tersangka yang kebanyakan laki-laki. Bahkan, beberapa di antara mereka terkadang memandang Surya sebelah mata.
"Jika penyidik perempuan bisa diluluhkan," ujarnya.
Tak hanya itu, Surya juga menceritakan kesulitannya saat harus turun ke lapangan untuk menemukan barang bukti sebuah kasus korupsi. Dia pernah tiba-tiba ingin buang air kecil tapi tak menemukan tempat karena saat itu, Surya dan kawan-kawannya yang seluruhnya penyidik laki-laki sedang di tengah kebun kelapa sawit.
Kondisi ini tentu merepotkan dirinya tapi Surya mengaku tak putus asa.
"Kalau laki-laki kan bisa buang air di mana saja. Kalau perempuan harus mencari toilet," ujarnya.
Alih-alih kapok, Surya tetap menjalankan tugasnya dengan baik. Sebab, dia yakin perempuan dan laki-laki bisa setara dan berperan dalam situasi maupun rumpun profesi apapun.
Tantangan yang sama juga dihadapi oleh dokter KPK, Shinta Gasenova. Saat dia sedang memeriksa tahanan yang sakit, tak jarang, intimidasi dari tersangka yang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki dia dapatkan.
Selain itu, Shinta juga mengatakan banyak tahanan di Rutan KPK yang kerap mengaku sakit padahal tidak. "Menangani tahanan itu tidak mudah. Macam-macam karakternya ya karena ada yang berpura-pura sakit atau meminta dirujuk ke Rumah Sakit (RS) padahal gak sakit. Banyak juga yang marah dan mengintimidasi karena tidak diizinkan untuk keluar pergi ke RS. Pernah ada juga yang gebrak-gebrak meja jika tidak diizinkan," katanya.
Meski begitu, Shinta tak gentar. Dia tetap menjalani pekerjaannya dengan maksimal bahkan menggunakan cara pandangnya untuk melakukan pendekatan terhadap para tersangka sehingga mereka dapat mencurahkan perasannya.
Cara ini, biasanya dia lakukan terhadap para tahanan yang baru menggunakan rompi oranye dan tiba-tiba harus merasakan dinginnya lantai Rutan KPK.
"Biasanya mereka pas baru masuk ke dalam rutan, pasti ada perasaaan tidak menerima, terkejut karena mereka ditangkap. Jika ada cerita seperti itu ya kita dengarkan karena balik lagi fokus ke masalah kesehatannya, saya ingin andil dalam pemberantasan korupsi, dengan membantu menyehatkan para pegawai maupun tahanan," jelasnya.
BACA JUGA:
Terakhir, ada juga seorang pengawal tahanan bernama Rohimah yang berbagi cerita. Dia bilang, pekerjaannya ini banyak tantangannya termasuk ada tahanan yang justru menganggap dirinya sebagai asisten rumah tangga.
Selain itu, Rohimah juga mengaku kerap dimarahi oleh anggota keluarga tahanan di Rutan KPK. Biasanya, kejadian ini terjadi saat dia menolak pemberian makanan khusus kepada para tahanan saat waktu kunjungan keluarga tahanan.
"Pada saat kunjungan tahanan, anggota keluarga itu mau membawa makanan ke dalam Rutan, tapi kan aturannya enggak boleh kecuali petugas berwenang, lalu saya larang, dan terjadilah perselisihan itu. Namun saya diam saja karena harus mengendalikan diri, harus tidak mudah terpancing emosi," ungkapnya.
Rohimah tahu pekerjaannya ini menantang dan banyak didominasi oleh laki-laki. Namun, dia tetap merasa bangga dengan pekerjaannya.
"Bagi saya pekerjaan pengawal tahanan ini suatu kebanggaan sendiri. Orang tahunya kan perempuan itu sosok yang lemah, tapi saya gak mau dibilang lemah. Saya suka pekerjaan yang ada tantangannya, jiwa saya suka dengan tantangan, bagaimana tantangan itu bisa saya hadapi," kata Rohimah.
Sebagai informasi, saat ini ada 509 pegawai perempuan dari total keseluruhan 1551 pegawai di KPK. Mereka tersebar di berbagai unit, yaitu Sekretariat Jenderal; Kedeputian Bidang Informasi dan Data; Pencegahan dan Monitoring; Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat Koordinasi dan Supervisi, hingga Kedeputian Bidang Penindakan.