JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menuding, kasus pengeroyokan Ade Armando dalam aksi mahasiswa 11 April memiliki keterkaitan dengan relawan Anies Baswrdan.
Grace mengungkapkan, dugaan ini dilandaskan pada beredarnya tangkapan layar percakapan grup WhatsApp dengan nama "Relawan Anies Apik 4".
Screenshot isi grup WhatsApp ini menampilkan salah satu anggota grup yang usianya diperkirakan di atas 40 tahun, melaporkan kehadiran Ade Armando di aksi demo dan dia meminta tolong agar informasi ini diteruskan ke massa aksi dengan tujuan agar massa menggeruduk Ade Armando.
"Jika benar pria ini adalah relawan Anies, maka percakapan ini menunjukkan ada hubungan antara relawan Anies Apik 4 dengan penumpang gelap aksi demo kemarin," kata Grace dilihat dalam tayangan Youtube CokroTV, dikutip pada Kamis, 14 April.
Bahkan, Grace mengklaim menerima informasi bahwa sebagian penyusup itu diduga merupakan anggota FPI dan HTI. Menurut Grace, kelompok ini kerap dikritik oleh Ade terkait dugaan radikalisme.
"Artinya meskipun ormas FPI dan HTI sudah dibubarkan dan dinyatakan terlarang, aktor-aktornya masih aktif bergerak. Screen capture percakapan WhatsApp group Relawan Anies Apik kemarin bisa menjadi pertanda bahwa anggota-anggota dan simpatiusan FPI serta HTI kini melebur di dalam Relawan Anies," ucap Grace.
BACA JUGA:
"Pak Anies, Anda boleh saja mengelak. Namun jika benar relawan dan pendukung Pak Anies beririsan dengan kelompok ekstremis dan radikal, mediamkan kelompok-kelompok ini artinya sama dengan Pak Anies memberi ruang kepada radikalisme dan ekstremisme untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia," lanjutnya.
Lebih lanjut, Grace berharap aparat kepolisian dapat menemukan siapa aktor intelektual yang bertanggung jawab atas pengeroyokan. Sebab, bagi Grace, mobilisasi massa tidak mungkin terjadi jika tidak ada yang mengatur dan mendanai.
"Paling tidak mereka ini butuh uang transport untuk bisa datang dan menghadiri aksi demo itu. Bersama dengan pelaku penganiyaan, para aktor intelektual ini harus dihukum seberat-beratnya. Karena mereka tidak hanya mengancam keselamatan jiwa seorang warga sipil, namun juga telah mencederai demokrasi Indonesia," imbuhnya.