Konflik di Ukraina, Presiden Macron: Rusia Tidak Dapat Diharapkan Membuat Konsesi Diplomatik dalam Beberapa Minggu Mendatang
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Sumber: Kremlin.ru)

Bagikan:

JAKARTA - Konflik di Ukraina tidak akan segera berakhir, kata Presiden Prancis Emmanuel Macron kepada stasiun radio RTL pada Hari Jumat.

"Sayangnya, konflik tidak akan segera berakhir. Saya percaya bahwa kita akan melihat situasi yang sangat sulit di Donbass dalam beberapa hari dan minggu mendatang," ujar Presiden Macron melansir TASS 8 April

"Inilah sebabnya, bersama dengan Turki, Yunani dan PBB, kami melakukan segalanya untuk mengatur operasi kemanusiaan di Kota Mariupol dan Dnipro," lanjut Presiden Macron.

"Rusia tidak dapat diharapkan untuk membuat konsesi diplomatik dalam beberapa minggu mendatang," tandasnya.

Dikatakan Presiden Macron, hal ini tidak akan terjadi sampai pertengahan Bulan Mei mendatang, menambahkan Rusia akan memperingati Hari Kemenangan setiap tanggal 9 Mei, saat di mana Uni Soviet merebut Berlin dan Nazi Jerman menyerah.

Lebih jauh Presiden Macron menekankan, setiap hari permusuhan hanya membuat hari esok lebih sulit. Menurutnya, tidak akan ada perdamaian di Eropa jika tidak memikirkan hari esok.

Kendati demikian, Ia percaya akan ada gencatan senjata di Ukraina dan perang dengan Rusia akan berakhir. Menurutnya, akan ada kebutuhan untuk membangun perdamaian. Di saat itu, Prancis dikatakannya siap menjadi salah satu penjamin keamanan untuk Ukraina.

"Ini tidak dapat dilakukan tanpa penjamin, dan Prancis dipanggil untuk menjadi salah satu penjamin tersebut," ujar Presiden Macron, melansir Ukrinform dari Le Parisien.

Presiden Prancis juga siap untuk terus menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin, meskipun pembicaraan ini sia-sia. Dengan cara ini, menurut Presiden Macron, Paris mempertahankan status sebagai negosiator.

Ditambahkan olehnya, Ia juga memantau dengan cermat situasi kemanusiaan di Ukraina, khususnya di Mariupol.

Sebelumnya, Kremlin tidak menyetujui operasi penyelamatan di Mariupol, yang akan dilakukan oleh Prancis, Yunani dan Turki. Saat ini, Macron berharap dapat membuka koridor kemanusiaan melalui upaya Palang Merah.

Terkait