JAKARTA - Seorang insinyur Hindu yang sedang berlibur di Negara Bagian Kerala, India, membiayai renovasi masjid setempat, setelah warga Muslim di sana 'gagal' memenuhi target dana sebelum Ramadan.
PV Soorya Narayanan (58), sedang mengunjungi rumah leluhurnya di Vattaloor, Malappuram bulan lalu, ketika dia melihat dinding masjid yang rusak. Masjid itu bernama Masjidul Ummarul Farook.
Narayanan, yang bekerja di Qatar sebagai seorang insinyur, bertemu dengan pejabat masjid untuk menanyakan tentang kondisi bangunan yang bobrok, menawarkan lebih dari 660 dolar AS untuk mengecat dan memperbaikinya.
"Masjid-masjid di Kerala, bahkan di seluruh dunia, biasanya dibersihkan dan dicat sebelum Ramadhan. Tetapi karena pandemi dan kekurangan dana, masjid tidak dapat dicat," Manzoor Palliparambil, sekretaris jenderal masjid mengatakan kepada The National News, seperti dikutip 7 April.
"Keluarganya tinggal di dekat masjid. Dia meminta sepupunya, yang menjalankan sebuah perusahaan konstruksi, untuk mengecat masjid dan membayar layanannya," sambung Palliparambil.
Kontribusi Narayanan untuk masjid adalah tindakan yang langka, tetapi tidak biasa di India, di mana ketegangan antara umat Hindu dan Muslim meningkat.
Bulan lalu, seorang pengusaha Muslim menyumbangkan tanah senilai jutaan rupee untuk sebuah kuil Hindu yang disebut-sebut sebagai monumen keagamaan tertinggi di dunia, di negara bagian Bihar timur.
Tetapi, permusuhan meningkat di negara tetangga Karnataka, di mana kelompok-kelompok Hindu telah mencoba untuk mencegah umat Islam, mengikuti ketetapan Islam seperti mengenakan jilbab dan makan daging halal.
Tak hanya itu, Muslim juga dilarang melakukan bisnis di dekat kuil Hindu. Kelompok-kelompok Hindu di negara bagian pantai itu juga keberatan dengan penggunaan pengeras suara untuk azan di masjid-masjid dalam beberapa pekan terakhir.
BACA JUGA:
Palliparambil menyebut sikap Narayanan sebagai contoh dari 'model Kerala' pembangunan untuk melestarikan, mempromosikan kerukunan komunal dan keadilan sosial.
Diketahui, Kerala, yang memiliki lebih dari 36 juta penduduk, adalah negara bagian yang didominasi Hindu, dengan populasi Muslim dan Kristen hampir 45 persen.
Negara bagian kecil itu diperintah oleh pemerintah berhaluan kiri, sebagian besar tetap tidak terpengaruh oleh perselisihan sektarian di negara bagian lain di negara itu.
"Dia telah memberikan contoh kerukunan komunal di negara bagian … Umat Hindu dan Muslim hidup damai di sini dan tidak jarang orang-orang dari komunitas lain saling membantu," tandas Palliparambil.