Bagikan:

JAKARTA - Rusia mungkin berencana untuk mengerahkan puluhan ribu tentara ke Ukraina timur, seiring dengan pengalihan fokus ke timur dan selatan negara itu, sebut Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan.

"Pada saat ini kami percaya Rusia sedang merevisi tujuan perangnya untuk fokus pada bagian timur dan selatan Ukraina daripada menargetkan sebagian besar wilayah," terang Sullivan kepada wartawan di Gedung Putih, melansir Reuters 5 April.

Lanjut Sullivan, tujuannya kemungkinan unttuk mengepung dan membanjiri pasukan Ukraina di wilayah tersebut.

"Rusia kemudian dapat menggunakan keberhasilan taktis apa pun yang dicapainya, untuk menyebarkan narasi kemajuan dan menutupi kegagalan militer sebelumnya," sambung Sullivan.

Lebih jauh Sullivan mengatakan, Pemerintahan Biden akan mengumumkan bantuan militer baru untuk Ukraina dalam beberapa hari mendatang. Dia mengatakan, sanksi lebih lanjut terhadap energi Rusia sedang dibahas dalam pembicaraan dengan sekutu Eropa.

Dalam kesempatan yang sama Sullivan juga mengatakan, fase berikutnya mungkin berlarut-larut dengan pasukan Rusia melebihi jumlah Ukraina. Moskow kemungkinan akan berusaha untuk mengendalikan petak yang jauh lebih luas di Ukraina timur, daripada yang dikendalikan oleh separatis sebelum invasi, katanya.

Di selatan, Rusia kemungkinan akan berusaha untuk menahan kota Kherson untuk mengontrol aliran air ke Krimea, yang dicaploknya pada tahun 2014. Dia mengatakan Kremlin diperkirakan akan meluncurkan serangan udara dan rudal lebih lanjut di seluruh negeri.

Diketahui, Presiden Biden pada Hari Senin menuduh Presiden Putin melakukan kejahatan perang dan menyerukan pengadilan, menambah kecaman global atas pembunuhan warga sipil di Bucha, sebuah kota yang direbut kembali oleh pasukan Ukraina ketika pasukan Rusia berkumpul kembali.

Sementara, Rusia dengan tegas membantah membunuh warga sipil, termasuk di Bucha.

"Informasi ini harus dipertanyakan secara serius. Dari apa yang kami lihat, para ahli kami telah mengidentifikasi tanda-tanda pemalsuan video dan pemalsuan lainnya," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.

Adapun Utusan PBB Vasily Nebenzya berjanji Rusia akan memberikan "bukti empiris" kepada Dewan Keamanan bahwa pasukannya tidak membunuh warga sipil.