'Hanny' Nama yang Diberikan Menteri Siti untuk Bayi Bekantan di Banjarmasin
Bayi bekantan yang baru lahir diberi nama Hanny oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya Bakar. (ANTARA/Firman)

Bagikan:

BANJARMASIN - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya Bakar memberikan nama "Hanny" untuk si bayi bekantan yang lahir di bekantan Rescue Center Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 10 Maret 2021 lalu.

"Alhamdulillah ibu Menteri LHK berkenan memberikan nama untuk kelahiran anak bekantan terbaru ini," kata Ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Amalia Rezeki di Banjarmasin, dilansir Antara, Rabu, 30 Maret.

Nama "Hanny" pun tertuang resmi pada sertifikat pemberian nama yang ditandatangani Menteri LHK untuk bekantan berjenis kelamin betina itu.

Menurut Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki, sang menteri mengapresiasi kinerja SBI dalam upaya pelestarian bekantan selama ini di Kalimantan Selatan.

Apalagi kelahiran bayi bekantan di tempat perawatan bekantan sementara kali ini adalah kejadian langka dan merupakan prestasi tersendiri bagi dunia konservasi, terutama bagi SBI dan BKSDA Kalsel.

Betapa tidak, di tengah keterancaman populasi bekantan akibat akibat alih fungsi lahan, kebakaran hutan dan perburuan liar, ternyata masih ada harapan penambahan populasi bekantan secara ex-situ, terutama hasil titipan yang bisa melahirkan.

Menteri LHK sebelumnya juga pernah melepasliarkan bekantan betina bernama Lola Amalia di Pulau Bakut, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan pada 18 Februari 2017 lalu. Nama Lola Amalia diberikan oleh Siti Nurbaya sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Amalia Rezeki selaku ketua Sahabat Bekantan Indonesia yang selama ini melakukan upaya penyelamatan bekantan di Kalimantan Selatan.

Bahkan Amel pernah diutus oleh Kementerian LHK mengikuti pertemuan forum pemuda lingkungan hidup antar negara ASEAN dan sekaligus meraih penghargaan ASEAN Youth Eco-champions Award (AYECA) 2019 yang dilaksanakan di negara Kamboja.

Amel menjelaskan pula Hanny lahir dari pasangan induk Mimin (betina) dan Pedro (pejantan). Kedua satwa tersebut serahan dari masyarakat yang dipelihara sejak bayi dan setelah dewasa diserahkan ke SBI untuk direhabilitasi karena prilaku alaminya telah hilang. Selama dalam perawatan kedua bekantan tersebut menunjukkan gejala birahi hingga digabungkan untuk kawin dan akhirnya melahirkan.

​​​​​​