Petani di Ponorogo Jatim Kirim Rempah 50 Ton ke India
PT Astra Internasional Tbk bersama Kemenko Perekonomian dan pemerintah daerah melepas 50 ton kunyit dan temulawak diekspor ke India. ANTARA/HO-Astra Internasional

Bagikan:

JAKARTA - Petani Desa Sejahtera Astra (DSA) Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mengekspor 50 ton kunyit dan temulawak senilai Rp750 juta ke India.

Hal ini tak terlepas dari campur tangan PT Astra Internasional Tbk bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan pemerintah daerah setempat.

Head of CSR Astra, Bima Krida Pamungkas mengapresiasi pertumbuhan DSA Ponorogo cepat berkembang dalam waktu kurang dari satu tahun. Sehingga menjadi salah satu yang terbaik, dengan berhasil melakukan ekspor perdana hasil olahan agrikultur.

"Harapannya DSA Ponorogo tidak hanya di agrikultur pengolahan saja, tetapi bisa berkembang ke depannya bisa ke klaster-klaster yang lain. Apakah masuk ke klaster wisata, kriya maupun budaya, atau sejenisnya, nanti Astra juga ingin DSA Ponorogo semakin berkembang di tahun kedua, ketiga dan selanjutnya," ujar Bima dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, dilansir Antara, Selasa, 22 Maret.

Dia juga bersyukur terkait berkembangnya DSA Ponorogo yang mendapat dukungan penuh pemerintah kabupaten Ponorogo dan fasilitator. Adanya langkah baik ini tentu diharapkan bisa memicu desa lain dalam melakukan terobosan dengan melakukan ekspor berbagai rempah.

"Di DSA ponorogo, ada 10 desa yang menyasar 400 masyarakat dan kurang lebih 100 petani untuk pengembangan produk ekspor rempah-rempah ini," ujar Bima mengungkapkan.

Sementara itu Asisten Deputi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Kewirausahaan Kemenko Perekonomian, Chairul Saleh mengatakan bahwa pemerintah memberi perhatian besar dengan berbagai capaian peningkatan kesejahteraan di wilayah pedesaan. Untuk itu pemerintah mendorong upaya peningkatan taraf hidup melalui program pemberdayaan ekonomi melibatkan sektor terkait.

Adapun salah satu upaya yakni dengan melakukan berbagai bentuk program kolaborasi. Mulai dari pendampingan maupun pelatihan.

"Utamanya untuk komoditas unggulan yang berorientasi dan berpotensi ekspor," ujar Chairul.

Terkait ekspor yang dilakukan DSA Ponorogo, Chairul menegaskan bahwa hasil ini memang mendorong memperkuat bahwa rempah Indonesia masih menjadi yang terbaik. Bahkan sejarah pun mencatat bahwa kolonial datang ke Indonesia untuk mengincar rempah.

"Indonesia merupakan negara yang kaya rempah-rempah sejak ratusan tahun lalu. Bahkan kolonial pun datang, dari Portugis hingga Belanda, karena potensi kekayaan rempah-rempah negara kita," katanya.

Indonesia saat ini berada di peringkat ke-9 negara pemasok rempah-rempah dengan nilai ekspor mencapai 1,03 miliar dolar AS. Untuk itu, pemerintah menargetkan ekspor rempah-rempah tumbuh 2 miliar dolar AS pada 2024.