JAKARTA - Serbia mengumumkan tidak akan bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), pemimpin negara itu mengatakan lantaran pengalaman buruk yang pernah dialami.
Serbia tidak akan bergabung dengan NATO, karena tidak dapat melupakan anak-anak yang terbunuh selama 'agresi' aliansi terhadapnya pada tahun 1999, Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan pada rapat umum pemilihan di Kikinda.
"Saya percaya bahwa Serbia tidak boleh bergabung dengan NATO. Serbia adalah negara bebas dan negara yang netral secara militer. Serbia akan mempertahankan tanah dan langitnya sendiri," ujar Vucic melansir TASS 22 Maret.
"Tapi izinkan saya memberi tahu Anda sesuatu: tugas kita adalah memaafkan dan tugas kita adalah jangan lupa. Jangan lupakan Bojana Tosic yang berusia 11 bulan, terbunuh di Merdare, dekat Kursumlija, jangan lupakan Milica Rakic kecil, terbunuh di Batajnica, dan jangan lupakan Sanja Milenkovic kecil, terbunuh di Varvarin," ungkap Vucic.
"Kita tidak berhak untuk lupakan ini. Kita akan menjadi jauh lebih kuat daripada saat itu, ketika orang-orang yang tidak bertanggung jawab, arogan, dan lancang membom kita dan mengobarkan perang agresi terhadap kita dan negara kita," tandas Vucic.
Penyerangan NATO terhadap Yugoslavia pada tahun 1999 berlangsung selama 78 hari. Pimpinan aliansi berpendapat, alasan utama untuk operasi dengan nama sandi 'Allied Force' tersebut adalah pencegahan genosida terhadap orang-orang Albania di Kosovo. Menurut sumber NATO, pesawatnya menerbangkan 38.000 serangan mendadak dan melakukan 10.000 serangan bom.
BACA JUGA:
Pemboman itu menewaskan, menurut perkiraan yang berbeda, 3.500-4.000 jiwa, dan menyebabkan sekitar 10.000 lainnya (dua pertiga dari mereka warga sipil) terluka. Kerugian material mencapai 100 miliar dolar AS.
Selama tiga bulan pengeboman, pasukan NATO menjatuhkan 15 ton depleted uranium ke Serbia dalam bentuk bom dan peluru. Setelah itu, tingkat kanker di negara itu melonjak ke peringkat pertama di Eropa. Dalam sepuluh tahun pertama setelah pemboman, sekitar 30.000 mengidap kanker dan diperkirakan 10.000-18.000 di antaranya meninggal.