Bagikan:

JAKARTA - Seorang personel Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dipecat dari kedinasannya. Alasannya adalah foto yang diunggah sang prajurit di WeChat dan QQ, dua aplikasi berkirim pesan paling populer di China.

Prajurit itu bermarga Chen. Ia bertugas di Brigade Pertahanan Laut Komando Armada Timur. Satuannya tercatat menjadi jajaran PLA yang paling sering menggelar latihan militer tahun ini. Satuan Chen itu bertanggung jawab atas keamanan Selat Taiwan.

Chen dilaporkan membeli telepon seluler bekas tanpa izin. Dalam beberapa kesempatan selama menjalankan misi latihan, dia membicarakan informasi rahasia militer dan mengirimkan foto-foto yang dikategorikan rahasia itu kepada teman-teman dan anggota keluarganya.

Dalam pernyataan resmi, Komando Armada Timur PLA menyebut tindakan Chen berpotensi menimbulkan bocornya informasi intelijen. Sesuai aturan disiplin PLA, Chen diturunkan pangkatnya lalu dipensiunkan dini.

PLA juga memberi sanksi disiplin kepada sejumlah atasan Chen. Pejabat militer dan pejabat lainnya di kesatuan Chen juga menerima sanksi peringatan eksekutif.

Pemimpin pasukan di kesatuan Chen juga dicopot dari jabatannya dan mendapat sanksi indisipliner dengan masa percobaan selama tiga bulan. Prajurit dan perwira harus disiplin dalam menjaga informasi rahasia dan mematuhi peraturan, demikian peringatan eksekutif yang dikeluarkan PLA.

Sebagai satuan komando yang bertanggung jawab di Selat Taiwan, Komando Armada Timur pada tahun ini lebih sering menggelar latihan seiring. Hal itu merupakan implikasi dari memanasnya situasi keamanan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Selain latihan reguler dan latihan rutin, komando tersebut juga sering menggelar latihan berskala besar di Selat Taiwan. Terakhir, mereka melaksanakan latihan menembak dengan senjata aktif. Latihan itu dilakukan rutin sejak Jumat, 18 September.

Latihan tersebut difokuskan pada situasi Selat Taiwan dewasa ini, demikian juru bicara Kementerian Pertahanan China (MND) Kolonel Senior Ren Guoqiang. Pengerahan militer di Selat Taiwan makin intensif dalam dua bulan terakhir menyusul kunjungan pejabat setingkat menteri dari Amerika Serikat ke wilayah kepulauan itu.