JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang melarang militer dan kontraktor pemerintah untuk ikut berbagai pelatihan keragaman. Pelarangan tersebut disinyalir karena dalam pelatihan keragaman banyak pesan-pesan yang mengandung konsep memecah belah bangsa AS.
“Orang Amerika harus diajari untuk baggga akan negaranya sendiri, dan jika tidak, tidak ada untungnya bagi Anda,” kicau Trump lewat Twitter dikutip Reuters, Rabu, 23 September.
Trump menambahkan perintah pelarangan juga diberlakukan untuk materi pelatihan keragaman yang sering kali mengutip persoalan bahwa bangsa AS pada dasarnya rasis. Pun, hal sama seperti pesan bahwa setiap individu harus memikul tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan di masa lalu oleh ras lain atau jenis kelamin yang sama.
...with our Country, the United States Military, Government Contractors, and Grantees. Americans should be taught to take PRIDE in our Great Country, and if you don’t, there’s nothing in it for you!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) September 22, 2020
Oleh sebab itu, setiap anggota militer yang menolak takkan dikenai hukuman apapun. Meski begitu, Ketua Departemen Kajian Amerika di Universitas Maryland, Psyche Williams-Forson, menyebut perintah Trump hanya untuk menyenangkan pemilihnya, apalagi perintah itu dikeluarkan oleh Trump hanya beberapa minggu sebelum pemilihan presiden AS.
“Itu hanya gertakan. Itu adalah cara untuk menenangkan pikiran orang-orang yang tidak ingin menghadapi kengerian nenek moyang mereka, "kata Williams-Forson.
Dirinya juga menambahkan bahwa perintah tersebut kemungkinan besar akan mengurangi jumlah pelatihan keragaman di seluruh pemerintah federal. Maka dari itu, perintah tersebut telah menciderai banyak orang, apalagi belakangan, AS dilanda unjuk rasa besar-besar terkait kematian kulit hitam, George Floyd di tangan polisi Minneapolis Mei lalu.
BACA JUGA:
Sayangnya, Trump tetap bersikukuh mengeluarkan perintah tersebut di tengah banyaknya perusahaan AS yang mulai bersolidaritas kepada komunitas kulit hitam. bahkan, Trump dan sebagian anggota parlemen masih dalam posisi mengutuk tindakan unjuk rasa "Black Lives Matter" yang berujung pada perusakan banyak monumen bersejarah di AS.
"Dengan melihat setiap masalah melalui lensa ras, mereka ingin memaksakan dikriminasi baru di lingkungan sosial, dan kita tidak boleh membiarkan itu terjadi," kata Trump pada sebuah acara di Washington pekan lalu.