Bagikan:

JAKARTA - Komisi Nasional Hak Asasi (Komnas HAM) mengungkap video detik-detik penangkapan tersangka teroris dokter Sunardi di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menyebut video itu didapat dari CCTV milik masyarakat. Dari sana, diketahui ada tembakan peringatan hingga tembakan ke arah Sunardi sebanyak sembilan kali.

"Kami tunjukkan semua dalam proses tadi, termasuk juga bagaimana kronologi tembakan. Jadi ada sembilan tembakan, tembakan sembilan kali, satu kali di bawah," kata Anam dalam tayangan YouTube Komnas HAM RI, Selasa, 15 Maret.

Video itu diawali dengan Sunardi yang mengendarai mobil double cabin di sebuah jalan. Saat itu, Anam menyebut belum ada anggota Densus 88 karena mereka masih memastikan pengendara mobil itu benar target mereka atau bukan.

"Ini mulai dibuntuti, tadi kami dijelaskan agak detaail di titik ini ada dua orang yang di double cabin sudah masuk di sana. Itulah yang anggotanya," ungkap Anam.

Dia mengatakan Sunardi memacu mobilnya itu dalam kecepatan tinggi. Selanjutnya, petugas yang sudah naik ke bak mobil itu meminta Sunardi memberhentikan kendaraannya tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Sunardi, sambung Anam, mengabaikan perintah itu sehingga Densus 88 memberikan tembakan peringatan. "Ini dua orang polisi. Jadi setelah diperingatkan, ya, disuruh berhenti dan sebagainya. Diperingatkan suruh berhenti, dicegat begini sama petugas, habis itu tetap dia (jalan, red)," jelasnya sambil menunjuk video yang ditayangkan di proyektor.

"Mau dikasih tembakan peringatan setelah turun, ditunjukkan bahwa dia polisi tetap jalan. Di situlah ada nabrak yang pertama. Nah, ini, petugas yang turun dari mobil petugas Innova naik ke kabin," imbuh Anam.

Setelah kejadian ini, kejar-kejaran pun tak terelakkan antara Sunardi dan Densus 88. Anam menyebut mobil Sunardi sempat melaju hingga ke pinggir jalan.

Bahkan, mobil double cabin itu sempat serempetan dengan mobil petugas hingga timbul percikan api. "Indi dipepet tapi tetap saja disuruh berhenti enggak mau," tegasnya.

"Ini batas jalan aspal ini, tanahnya, kayak di bahu jalan kalau di tol. Lanjut ini ada yang lebih jelas tapi enggak mau berhenti. Ini kemudian mulai serempetan sampai muncul percikan api. Jadi itu proses kejar-kejarannya," tambah Anam.

Anam kemudian menyebut Sunardi juga tidak mau berhenti ketika Densus 88 sudah menembak dirinya. Sebelum itu, anggota yang akan menangkap sebenarnya juga sudah menunjukkan surat penangkapan.

"Dikasih tembakan ke udara (tembakan peringatan, red) enggak berhenti-berhenti. Yang sebelah kiri (tempat penumpang, red) bagian depan ditembak juga enggak berhenti, lalu tembak tangan enggak berhenti, tembak bahu enggak berhenti, tembak badan itu enggak berhenti terus akhirnya baru nabrak," jelas dia.

Diberitakan sebelumnya, Sunardi tewas usai ditembak Densus 88 Antiteror dalam rangkaian proses penangkapan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, 9 Maret. Sunardi yang disebut berprofesi sebagai dokter mengalami luka tembak di bagian punggung atas dan bagian pinggul kanan.