Bagikan:

BADUNG - Sebanyak 26 Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Bali yang dievakuasi dari Ukraina tiba di Terminal Kedatangan Domestik, Bandara I Gusti Ngurah, Rai, Bali.

Para PMI asal Bali ini semuanya merupakan perempuan. Rata-rata bekerja sebagai terapis SPA di Negara Ukraina. Kedatangan mereka juga dinantikan oleh keluarganya yang sejak sore menunggu kedatangan para PMI ini dan akhirnya mereka pulang ke daerahnya masing-masing di Bali. 

Salah satu PMI yang bekerja sebagai terapis SPA di Ukraina Ni Wayan Sukerayani dari Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali. Dia menceritakan kondisi dirinya saat dia bekerja di Kyiv, Ibu Kota  Ukraina.

Menurutnya, sejak tanggal 24 Februari 2022 para Warga Negara Indonesia (WNI) di sana harus berlindung di bungker yang telah disiapkan oleh Pemerintah Ukraina ketika mendengar bunyi sirene.

"Kami khususnya WNI pagi-pagi jam tiga bangun sudah ada bunyi sirene. Kita berlindung ke bungker, kadang-kadang kita tidurnya dua jam dari tanggal 24 (Februari)," kata Sukerayani, Senin, 7 Maret.

Dia kerap mendengar suara ledakan senjata yang membuat suasana mencekam. Namun, pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) pada tanggal 27 Februari menjemputnya guna proses evakuasi

"Iya pasti (takut) karena mendengar suara ledakan. Kita dalam lindungan KBRI.Kita tidak boleh keluar pas tanggal 27 kita dijemput perlindungan dan aman dan kita dikawal," imbuhnya.

Sukerayani bekerja di Ukraina baru lima bulan dengan kontrak kerjan 1,5 tahun. Bila situasi nantinya kembali kondusif di Ukraina, Sukerayani ingin kembali.

"Kalau sudah baik pengen lagi ke Ukraina. Bosnya bagus hotelnya juga bagus, gajinya juga bagus," ujarnya.

Perasaan mencekam di tengah invasi Rusia juga dirasakan Dewi yang PMI asal Singaraja, Kabuapaten Buleleng, Bali. Suara ledakan membuatnya trauma

Dewi bersyukur bisa kembali ke Bali di tengah gempuran Rusia, kendati baru bekerja 9 bulan di Ukraina.

"Iya pasti ketakutan, pastinya rugi tapi kan kita lebih menyelamatkan diri sendiri," ujarnya.