JAKARTA - Mantan Gubernur DKI Jakarta yang kini menjadi Komisaris Utama di Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyebut, bahwa jabatan direksi ataupun komisaris di perusahaan migas raksasa Tanah Air itu sangat kental dengan lobi-lobi politis dan bagi-bagi jabatan.
Bahkan, menurut Ahok, pergantian direksi pun tidak dibicarakan dengan dirinya namun langsung kepada Menteri BUMN.
"Dia ganti direktur pun bisa tanpa kasih tahu saya. Saya sempat marah-marah juga, jadi direksi-direksi semua mainnya lobinya ke menteri karena yang menentukan menteri. Komisaris pun rata-rata titipan kementerian-kementerian," ujar Ahok dikutip dari video YouTube POIN, Rabu, 16 September.
Lebih lanjut, menurut Ahok, sekelas presiden pun tak bisa melakukan kontrol terhadap manajemen di dalam perusahaan pelat merah, yang mana merupakan milik negara.
Melihat praktik tidak baik ini, Ahok mengaku tak hanya duduk manis saja dengan jabatannya Komut Pertamina. Tak tinggal diam, Ahok melakukan perbaikan di perusahaan pelat merah tersebut. Salah satunya dengan mengusulkan jabatan lewat lelang terbuka.
Menurut Ahok, Indonesia membutuhkan lebih banyak pekerja yang dapat bekerja secara jujur untuk disebar di perusahaan-perusahaan BUMN, salah satunya Pertamina.
"Yang utama adalah jujur karena kejujuran dan loyalitas itu tidak ada sekolahnya. Kita berdoalah supaya di Indonesia itu ladangnya bisa siap untuk benih-benih baik ditaburkan," katanya.
Dalam video tersebut, Ahok juga menyinggung, soal gaji di Pertamina yang menurutnya tidak masuk akal dalam pengelolaan perusahaan. Ahok mengatakan, dirinya juga sering mendapati pejabat Pertamina masih menerima fasilitas gaji besar meskipun jelas-jelas sudah dicopot dari jabatannya.
BACA JUGA:
"Orang yang dicopot dari jabatan dirut anak perusahaan misalnya gajinya Rp100 juta lebih, masa dicopot tapi gaji masih sama. Alasannya dia orang lama, harusnya kan gaji mengikuti jabatan, tapi mereka bikin gaji pokok gede-gede semua," ucapnya.
"Jadi bayangkan orang kerja sekian tahun gajinya pokonya Rp75 juta dicopot enggak ada kerjaan pun dibayar segitu. Gila aja nih, saya rasa ini bisa dituntut. Nah itu yang ingin kita ubah sistem itu," lanjutnya.
Ironisnya, kata Ahok, perusahaan pelat merah ini memiliki utang yang tak kecil. Hal ini karena, Pertamina tak menyatakan untuk menekan pengeluaran namun justru memilih berutang.
"Pertamina sekarang udah ngutang 16 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Tiap kali otaknya pinjem duit aja nih. Saya udah kesel ini, pinjam duit terus, mau akuisisi terus lagi, saya bilang mereka tidak berpikir untuk ekplorasi, padahal kita masih punya 12 cekungan yang berpotensi punya minyak, punya gas. Jadi ngapain dari luar negeri gitu loh. Jangan jangan, saya pikir ada komisi kali nih beli minyak di luar," katanya.