JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memamerkan bahwa tingkat kemacetan Jakarta menurun selama lima tahun terakhir. Hal ini didasarkan pada hasil survei TomYom yang menyebut pada tahun 2021 Jakarta menempati peringkat 46 dari 404 kota termacet di dunia.
Anies mengklaim bahwa penurunan angka kemacetan berkat adanya transformasi sistem transportasi yang selama ini ia lakukan selama memimpin Ibu Kota. Masalahnya, apa benar demikian?
Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno memandang penurunan angka kemacetan Jakarta lebih dipengaruhi oleh pandemi COVID-19 yang melanda dunia, termasuk Jakarta.
"Dalam dua tahun terakhir, aktivitas masyarakat di luar rumah menurun. Karena terjadi pandemi COVID-19. Masyarakat bekerja di rumah (WFH), pelajar dan mahasiswa belajar secara daring," kata Djoko kepada VOI, Rabu, 2 Maret.
Ketika masyarakat lebih banyak yang berkegiatan di rumah, otomatis volume kendaraan pribadi yang melintasi Jakarta dan penumpang angkutan umum berkurang.
Djoko memaparkan data bahwa penumpang KRL Jabodetabek yang semula setiap hari 1,1 juta orang menurun makisimum 400 ribu per hari. Bahkan, pernah di bawah 300 ribu per hari.
"Selama pandemi, jam operasional Transjakarta, MRT Jakarta, LRT Jakarta, dan KRL pun berkurang. Jumlah armada bus maupun keretanya juga menurun," ucap Djoko.
Meski demikian, Djoko juga mengapresiasi langkah Anies yang mengintegrasikan layanan transportasi. "Harus diapresiasi juga, jaringan layanan transportasi umum makin bertambah dengan adanya JakLingko," lanjutnya.
Sebelumnya, Anies memaparkan bahwa tingkat kemacetan Jakarta menurun sejak tahun 2017 berdasarkan survei yang dirilis perusahaan navigasi, TomTom Traffic Index.
Pada tahun 2017, Jakarta menempati peringkat 4 kota termacet di dunia. Sampai akhirnya pada 2021, Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet dan menempati peringkat 46.
"Kami bersyukur, sejak transformasi kami terjadi, peringkat kami di kota paling padat pada 2017 kami adalah nomor 4. Pada 2018 kami turun ke nomor 7. Tahun 2019 kita turun ke urutan 10. Kita masih masuk 10 besar. Kami tidak suka di 10 besar, kami suka tersingkir," ucap Anies dalam diskusi daring 'Jakarta E-Mobility Event Day 1' dalam tayangan Youtube Pemprov DKI Jakarta.
"Pada tahun 2020, kami berada di peringkat 31 di seluruh dunia. Dan pada tahun 2021 kami turun ke nomor 46. Jadi, bayangkan dalam lima tahun dengan penurunan dari keempat kota paling padat di dunia," lanjutnya.