JAKARTA - China boleh saja mengambil jarak dari sikap dunia yang ramai-ramai mengutuk keras langkah Rusia yang masih terus melancarkan serangannya ke Ukraina. Tapi China juga tetap memikirkan nasib warganya di Ukraina.
Rusia dan Ukraina memang sudah memulai sebuah diskusi yang diharapkan bisa meredam tensi tinggi kedua pasukan militer negara tersebut. Namun situasi di Ukraina tetap saja masih berbahaya.
Ratusan ribu warga Ukraina sudah berbondong-bondong meninggalkan negara itu. Mereka yang pergi rata-rata kaum perempuan karena pria akan tetap tinggal menjadi pasukan militer dadakan melawan invasi Rusia.
Dikutip dari Channel News Asia, Selasa 1 Maret, China telah mulai mengevakuasi warganya dari Ukraina di tengah kekhawatiran akan keselamatan mereka karena invasi oleh sekutu Beijing, Rusia.
Sebenarnya bukan karena itu saja. Pasalnya ada laporan warga Ukraina yang marah dengan warga China akibat sikap resmi mereka terhadap invasi Rusia.
Sekitar 600 pelajar China dievakuasi Senin dari Kyiv dan kota pelabuhan selatan Odessa, surat kabar Global Times yang dikelola pemerintah melaporkan, mengutip kedutaan China di ibukota Ukraina.
Mereka melakukan perjalanan dengan bus ke negara tetangga Moldova di bawah pengawalan kedutaan dan perlindungan polisi setempat. Perjalanan enam jam itu berhasil dilalui dengan aman.
Lebih dari 1.000 warga negara China akan meninggalkan Ukraina pada Selasa menuju Polandia dan Slovakia, keduanya negara anggota Uni Eropa, tambah laporan itu.