Airlangga Hartarto: Kemarin Ekonomi Kita Tersendat Sedikit
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Foto: Twitter @airlangga_hrt)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, rencana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total pada pekan lalu membawa dampak negatif terhadap perekonomian, khususnya pasar modal. Namun, kata dia, saat ini kondisinya sudah kembali normal.

"Artinya, ini tren yang bisa ditangkap bahwa ekonomi membaik. Kemarin ada tersendat sedikit tapi sudah ter-cover kembali. Pasar modal juga sudah mulai rebound dari negara maju maupun berkembang. Indonesia sendiri sudah kembali ke jalur 5 ribu," katanya, dalam acara 'Sarasehan Virtual 100 Ekonom', Selasa, 15 September.

Pada Jumat, 11 September lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 125,251 poin (2,56 persen) ke 5.016,712. Padahal sehari sebelumnya IHSG mengalami koreksi tajam minus 5,01 persen ke level 4.891,5.

Airlangga mengatakan, perbaikan ekonomi Indonesia juga terjadi di pasar keuangan. Ini terlihat dari nilai tukar rupiah sebesar 8,78 persen, lebih tinggi dari mata uang Filipina, Malaysia, Singapura, bahkan Jepang.

"Kita gunakan 1 April karena jadi titik terendah COVID-19 di berbagai negara, termasuk Indonesia. Mata uang terapresiasi paling tinggi adalah Australia dolar dan Indonesia rupiah. Filipina, India rupee, Japan yen lebih rendah apresiasinya," ucapnya.

Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan PEN ini mengatakan, pelonggaran kebijakan penutupan wilayah atau lockdown di beberapa negara turut mempercepat pemulihan ekonomi global. Di beberapa negara, usai pelonggaran lockdown membuat aktivitas ekonomi kembali bergerak.

"Beberapa pelonggaran lockdown telah mempercepat kegiatan ekonomi," tuturnya.

Sejak Juni 2020, aktivitas manufaktur mulai bergerak naik. Hal ini seiring dengan pemulihan pasar modal dunia. Secara keseluruhan global, kegiatan manufaktur sudah berkembang.

Airlangga mengatakan, industri manufaktur di Indonesia sudah berada di level 50,8. Lebih tinggi dari beberapa negara di ASEAN yang masih dibawah 50.

"Di ASEAN itu beberapa negara masih di bawah 50. Namun di Indonesia sudah masuk ke level di atas 50 atau 50,8," ucapnya.