Militernya Memang Tak Sebanding dengan Rusia, Tapi Kata Pensiunan Jenderal Ukraina 'Aghanistan Tak Sanggup Kalahkan Taliban'
Ilustrasi bendera Ukraina (Photo by Max Kukurudziak on Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Adalah tak masuk akal jika membandingkan kekuatan militer Ukraina dengan Rusia. Namun menjadi kesalahan besar juga jika menilai kalau Ukraina tak mampu berbuat apa-apa seandainya perang pecah.

Perang panjang sudah membuat Ukraina memiliki setengah juga veteran berpengalaman tempur. Itu belum termasuk yang resmi maupun tak resmi.

"Tentara Rusia memiliki senjata dan peralatan teknis yang lebih baik daripada kami. Jadi kami mungkin kalah dalam pertempuran. Tetapi mereka tidak akan pernah bisa memenangkan negara jika rakyat Ukraina termotivasi," kata Serhiy Kryvonos, pensiunan jenderal pasukan khusus dan mantan wakil sekretaris dewan keamanan dan pertahanan nasional seperti dilansir dari The Guardian, Rabu 23 Februari.

Kryvonos sudah berkeliling negara ini. Bertemu dengan banyak veteran untuk mengorganisir pelatihan senjata dan mempersiapkan pemberontakan rakyat jika sewaktu-waktu Rusia menyerang.

Dan dia mengambil contoh apa yang terjadi pada Afghanistan.

Dunia terhenyak ketika tiba-tiba kelompok Taliban berhasil menguasai setiap inci negara tersebut. Padahal di belakang Afghanistan, ada banyak negara-negara dengan kekuatan militer yang secara hitungan kertas bukanlah lawan untuk Taliban.

"Lihatlah pengalaman Afghanistan. Itu tidak bisa dipegang oleh Uni Soviet, oleh AS, oleh Inggris,” katanya.

“Mereka tidak bisa mengalahkan Taliban karena mereka termotivasi dengan baik. Senjata terkuat mereka adalah partisan mereka, warga sipil di siang hari, lalu di malam hari mereka mengambil senjata untuk menembak atau mengubur bom di jalan.”

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menilai ancaman keamanan Rusia bisa saja meningkat secara drastis jika Ukraina akhirnya bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Bergabungnya Ukraina dengan NATO serta penyebaran rudal pakta tersebut di Eropa Timur, menjadi kekhawatiran Moskow yang memicu perdebatan dengan Kyiv. Ukraina bukan anggota NATO tetapi memiliki janji sejak tahun 2008, akan diberikan kesempatan untuk bergabung, sebuah langkah yang akan membawa aliansi pimpinan AS ke perbatasan Rusia.

"Jika Rusia menghadapi ancaman seperti masuknya Ukraina ke Aliansi Atlantik Utara, ke NATO, maka ancaman terhadap negara kita akan meningkat berkali-kali lipat," ujar Presiden Putin dan mengingat Pasal 5 Perjanjian Atlantik Utara "dari mana jelas bahwa semua negara-negara aliansi harus berperang di pihak salah satu anggotanya jika salah satu Sekutu dianggap diserang," seperti dikutip dari TASS 22 Februari.

Presiden Putin ingat, Rusia diberitahu beberapa negara NATO menentang Ukraina menjadi anggota aliansi. Namun, sebuah memorandum telah ditandatangani sebelumnya, membuka pintu bagi NATO untuk Ukraina dan Georgia.

"Tidak ada jawaban untuk pertanyaan saya 'mengapa Anda melakukannya?' Di bawah tekanan dari AS – itulah jawabannya," Presiden Putin menyimpulkan.

"Saya akan menjelaskan, dokumen perencanaan strategis AS, menetapkan opsi yang disebut serangan pendahuluan pada sistem rudal musuh. Dan kita tahu siapa musuh utama AS dan NATO. Itu adalah Rusia. Dokumen NATO secara resmi, dengan lugas menyatakan Rusia sebagai ancaman utama bagi keamanan Euro-Atlantik. Dan Ukraina akan menjadi pijakan untuk serangan semacam itu," ungkapnya.