Ilmuwan Temukan Kulit Pisang Ternyata Bisa Hasilkan Biomassa yang Ramah Lingkungan
Ilustrasi. (Unsplash/Louis Hansel)

Bagikan:

JAKARTA - Kulit pisang yang disengat dengan lampu yang kuat dapat langsung diubah menjadi energi terbarukan, para ilmuwan telah menemukan.

Metode baru untuk mengekstraksi hidrogen, juga dimungkinkan dengan tongkol jagung, biji kopi dan tempurung kelapa, bisa menjadi cara yang signifikan untuk meningkatkan pasokan gas dari biomassa.

Itu terjadi ketika Eropa meningkatkan ekonomi hidrogennya di jalan, menuju netralitas karbon pada tahun 2050.

Menurut kebijakan hidrogen Uni Eropa, hidrogen 'terbarukan' dapat dibuat dari biomassa (bahan tumbuhan dan hewan), asalkan kriteria keberlanjutan tertentu terpenuhi.

Salah satu perhatian utama adalah, biomassa sebenarnya dapat melepaskan lebih banyak CO2, misalnya di mana hutan ditebangi, ke pembangkit listrik bahan bakar.

Tetapi, tim ilmuwan yang berbasis di Swiss menjelaskan bahwa semua produk dari teknik foto-termal (berbasis cahaya dan panas) mereka dapat ditangkap, sehingga ekonomis dan aman terhadap iklim.

"Relevansi pekerjaan kami semakin meningkat dengan fakta bahwa kami secara tidak langsung menangkap simpanan CO2 dari atmosfer selama bertahun-tahun," tulis Dr Bhawna Nagar, salah satu penulis dari cole polytechnique fédérale de Lausanne (EPFL), melansir Euronews 1 Februari.

"Kami telah mengubahnya menjadi produk akhir yang berguna dalam waktu singkat menggunakan lampu flash xenon," sambungnya.

kulit pisang
Ilustrasi pisang. (Unsplash/Julia Kuzenkov)

Apa manfaat mengkonversi pisang dan biomassa lainnya dengan cara ini?

Saat ini ada dua rute utama konversi biomassa secara kimia menggunakan panas: gasifikasi dan pirolisis.

Gasifikasi meledakkan bahan organik ke suhu 1000 derajat Celcius, mengubahnya menjadi syngas, campuran hidrogen, metana, karbon monoksida, karbon dioksida, yang digunakan sebagai biofuel. Residu padat karbon, yang dikenal sebagai 'biochar' atau arang, tertinggal.

Sementara, pirolisis menguraikan biomassa pada suhu yang lebih rendah 400-800 derajat Celcius, dalam wadah tanpa oksigen. Tetapi, ini membutuhkan reaktor yang sangat spesifik yang dapat menangani suhu dan tekanan tinggi, para ilmuwan menjelaskan dalam Ilmu Kimia.

Metode yang lebih sederhana sekarang tersedia dalam bentuk foto-prylosis, menggunakan lampu xenon, yang memancarkan cahaya putih terang, seperti yang pernah terlihat di studio fotografer. Satu tembakan senter yang kuat dapat memicu konversi biomassa hanya dalam beberapa milidetik.

Pertama, kulit pisang harus dikeringkan pada suhu sekitar 100 derajat C selama 24 jam, kemudian digiling dan diayak hingga menjadi bubuk halus, sebelum dimasukkan ke dalam reaktor stainless steel.

"Setiap kilogram biomassa kering dapat menghasilkan sekitar 100 liter hidrogen dan 330g biochar, yang berarti hingga 33 persen berat kulit pisang kering asli," terang Dr. Nagar.

Untuk diketahui, pemisahan biomassa alam menjadi gas dan arang ditawarkan sebagai solusi “cerdas, cepat dan ramah lingkungan” untuk produksi hidrogen. Arang juga berharga karena dapat ditambahkan ke tanah untuk meningkatkan kesehatan tanaman, atau disimpan sebagai strategi penangkapan karbon.

Selanjutnya, para ilmuwan berharap metode mereka dapat ditingkatkan, dan diterapkan pada limbah industri seperti ban. Itu bahkan bisa membuka jalan bagi foto-pirolisis surya, memanfaatkan energi matahari menjadi lebih berkelanjutan.