Bagikan:

JAKARTA - Fajar Juli Heryadi (32) sedang menyeruput es kopi susu yang ia beli lewat aplikasi pengantar makanan di teras pos Pintu Air Manggarai, Jakarta Pusat, Kamis, 2 Desember. Dia baru saja mencatat tinggi muka air dari peil scale atau meteran vertikal penanda tinggi permukaan air di Pintu Air Manggarai. 

Hasil pemantauan di Pintu Air Manggara ini, pukul 15.30 WIB hari ini, ketinggian muka air berada di angka 765 sentimeter, yang artinya berstatus Siaga III. 

Sambil melepas topi dan duduk di depan teras, Fajar yang bekerja sebagai operator Pintu Air Manggarai bercerita kepada tim VOI, dia sudah tiga hari belum pulang ke rumah, memantau tinggi muka air. 

Fajar melewatkan perayaan malam Tahun Baru 2020 bersama istri dan anaknya di rumah. Hujan lebat yang mengguyur wilayah Jabodetabek sejak malam pergantian tahun memaksakan dirinya untuk tetap memantau dan melaporkan ketinggian muka air. 

"Kami sebagai operator yang berjumlah 4 orang ini, tidak pulang ke rumah sejak tanggal 31 Desember 2019 pagi hingga sekarang," tutur Fajar di lokasi, Kamis, 2 Januari. 

Penjaga Pintu Air Manggarai Fajar Juli Heryadi (Diah Ayu Wardani/VOI)

Sebenarnya, saat keadaan normal, Fajar dan rekannya memiliki sistem kerja secara bergantian, dengan waktu satu hari kerja dan satu hari libur. Saat mereka bertugas, pemantauan tinggi muka air dilakukan secara berkala tiap satu jam.

Namun, itu tidak berlaku jika intensitas hujan sedang tinggi dan banjir datang di beberapa titik di Jakarta, seperti yang terjadi pada malam pergantian tahun. Kalau sudah begini, mereka harus menetap dan memantau tinggi muka air setiap 15 menit sekali. 

"Saya pulang ke rumah paling cuma buat ambil baju, terus langsung kembali lagi ke sini. Untuk tidur, mandi, dan makan pun juga di sini," ungkap Fajar tertawa. 

Ia menghela nafas sebentar, lalu meneruskan ceritanya. "Kalau keluarga sih sudah saya minta pengertiannya. Untungnya mereka bisa mengerti, karena ini sudah menjadi risiko dan tanggung jawab pekerjaan kami. Kalau lagi urgen begini, memang harus siap sedia," lanjutnya.

Pintu Air Manggarai (Diah Ayu Wardani/VOI)

Meski begitu, Fajar dan sejumlah petugas Pintu Air Manggarai tetap tak mau melewatkan momen pergantian tahun. Mereka merayakannya dengan membakar ayam dan jagung seadanya. 

"Kita beli bahan-bahan di sekitar sini aja, ada satu dua orang yang keluar buat beli. Kalau kembang api, kita ngeliatin saja di langit, punya orang. Enggak beli, menghemat uang," Fajar tertawa lagi. 

Dia berharap, intensitas hujan tidak semakin tinggi dalam beberapa bulan ke depan, meski dia tahu BMKG sudah memprediksi Februari hingga Maret adalah puncak musim hujan. Harapan ini ditujukan agar dia bisa menjalankan sistem kerja seperti keadaan normal, supaya bisa menghabiskan waktu bersama keluarga.

"Sekarang sih permukaan air sudah mulai surut karena air laut sedang tidak pasang seperti malam tahun baru kemarin. Pokoknya kita siaga terus aja kalau sudah normal, saat tinggi muka air di bawah 750. Baru kita bisa pulang secara bergantian," tutup Fajar. 

Dua orang penjaga Pintu Air Manggarai sedang beristirahat (Diah Ayu Wardani/VOI)