JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunjungi Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan. Anies memantau tinggi muka air pada sore ini, setelah hujan turun sejak Minggu, 7 Februari.
Saat meninjau, Anies menganggap program Gerebek Lumpur yakni pengerukan lumpur pada kali, sungai, dan waduk berhasil mengelola air hujan yang turun.
"Kita bersyukur bahwa program gerebek lumpur yang kita jalankan dalam beberapa bulan terakhir telah menunjukkan hasilnya. Di mana saluran-saluran air dalam sistem drainase di Jakarta, sendimentasinya bisa dibersihkan. Sehingga bisa mengelola limpahan air hujan dengan lebih baik," kata Anies di lokasi, Senin, 8 Februari.
Anies mengatakan, seluruh jajaran Dinas Sumber Daya Air DKI konsisten memantau kondisi bendungan Katulampa Bogor, Depok, hingga pintu air Manggarai, agar koordinasi antar pintu air di Jakarta aman terkendali.
"Kita tentu tetap waspada karena musim hujan belum selesai, tapi tim kita semuanya bersiap, baik dari pintu Katulampa, Depok, Manggarai, hingga ke semua pintu air lainnya di Jakarta," ujar Gubernur Anies.
Anies mengaku Pemprov DKI telah banyak belajar dari kasus genangan awal tahun 2020, di mana saat persiapan menghadapi musim hujan, seluruh jajaran Dinas SDA telah mengantisipasi sejak tahun lalu.
Sehingga Pemprov DKI terbantu dalam mengantisipasi situasi jika terjadi hal di luar kendali seperti volume air yang tinggi akibat curah hujan yang intensif.
"Yang sudah kita kerjakan sejak lama adalah pengerukan waduk-waduk di Jakarta sejak tahun lalu. Kemudian pembersihan sendimentasi di saluran saluran dikerjakan dengan luar biasa. Lalu, membangun sumur vertikal untuk drainase, memastikan semua pompa air berfungsi dengan baik," ucap Anies.
"Kemudian yang kelima adalah pengendalian pintu pintu air, jadi seluruh persiapannya dikerjakan tahun lalu. Hal ini supaya saat musim hujan datang, kita posisinya siaga, dan tanggap," lanjutnya.
Sebagai informasi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mencatat ada 150 RT dari 42 RW yang terdampak banjir di Jakarta. Data ini tercatat pada pukul 12.00 WIB.
BACA JUGA:
Banjir di wilayah Jakarta Selatan meliputi 4 Kecamatan dan 7 Kelurahan, 17 RW dan 38 RT dengan ketinggian 40 hingga 190 sentimeter. Jumlah pengungsi sebanyak 30 KK dengan total 304 jiwa.
Untuk di Jakarta Timur, banjir meliputi 25 RW dan 112 RT dengan ketinggian 40 hingga 275 Sentimeter. Adapun jumlah pengungsi sebanyak 193 KK dengan total 725 jiwa.
Banjir yang terjadi di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan disebabkan karena Kali Sunter dan Kali Ciliwung yang meluap akibat tingginya curah hujan di hulu.