JAKARTA - Kematian Noa, seorang bayi berusia 3 tahun di sebuah apartemen di kawasan Ota Ward bikin geger Jepang. Nyawa Noa melayang sia-sia akibat ditinggalkan selama seminggu penuh oleh ibunya yang pergi berpacaran.
Pengadilan Tokyo sudah menjatuhkan penjara delapan tahun --lebih ringan 3 tahun dari tuntutan jaksa-- kepada Saki Kakehashi (26 tahun). Wanita itu dinyatakan bersalah oleh pengadilan, 9 Februari lalu, dikutip dari Asahi Shimbun, Jumat 11 Februari.
Peristiwa memilukan ini terjadi pada Juni tahun lalu. Tepatnya 5 Juni hingga 13 Juni 2021, Kakehashi pergi untuk menemui pacarnya di Prefektur Kagoshima di Kyushu, Jepang selatan.
Noa, buah hatinya itu ditinggalkan di kamar tidur dengan bekal seadanya. Cuma sebotol air dan makanan ringan untuk anak yang masih berusia 3 tahun.
Sebelum pergi, Saki Kakehashi masih sempat meletakkan sofa di pintu kamar tidur untuk mencegah gadis itu meninggalkan kamar tidur.
"Saya pikir akan berbahaya jika dia (Noa) masuk ke dapur," kata Saki Kakehashi kepada polisi saat ditangkap.
Ketika selesai berpacaran dan pulang ke rumah, Saki Kakehashi menemukan Noa sudah tak sadarkan diri. Bukan sesuatu yang aneh sebenarnya mengingat usia Noa baru 3 tahun yang belum bisa apa-apa.
“Kehidupan yang tak ternilai telah hilang oleh kejahatan keji dan egois (terdakwa),” kata Hakim Ketua Kiichi Hiraide dalam putusannya.
BACA JUGA:
Masa Lalu Kelam Saki Kakehashi
Banyak cerita ketika pengadilan digelar. Di sini juga terungkap kalau Saki Kakehashi mengalami pengalaman yang sangat buruk semasa dia keci.
Saat duduk di SD, orang tuanya pernah menikamnya dengan pisau dan membenamkan kepalanya di bawah air di bak mandi. Dia juga pernah diikat di kantong sampah dan meninggalkannya selama berhari-hari tanpa makan.
Kakehashi mengatakan orang tuanya akhirnya ditangkap karena dicurigai mengabaikan pengasuhan.
Satoru Nishizawa, seorang profesor psikologi klinis di Universitas Prefektur Yamanashi yang bersaksi di pengadilan dalam pembelaan Kakekashi, berbicara tentang kasus ini.
Kata dia, salah satu penyebab perilaku Kakekashi itu karena dia tidak mendapatkan terapi sejak dini untuk mengatasi traumanya sendiri akibat dianiaya saat tumbuh dewasa.
Akibatnya, dia mengatakan bahwa dia “haus akan cinta” ketika dia ditempatkan di pusat kesejahteraan anak setelah mengalami pelecehan oleh orang tuanya.
Nishizawa mengatakan dia memperhitungkan bahwa sekitar 30 persen korban pelecehan anak akhirnya melakukan pelecehan itu sendiri.
Terungkap juga ini bukanlah yang pertama kali Noa ditinggal lebih dari sehari oleh Saki Kakehashi. Mei tahun lalu, Saki Kakehashi pernah meninggalkan Noa sendirian selama empat hari.
Apalagi kalau bukan berpacaran juga.
"Tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata untuk menggambarkan penderitaan dan rasa sakit yang dialami gadis itu ketika tubuhnya mulai melemah dan tidak bisa mendapatkan bantuan dari ibu yang sangat dia butuhkan," dalam sebuah putusan pengadilan.