Bagikan:

JAKARTA - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta pemerintah mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 akibat varian Omicron. Ketua Terpilih PB IDI M. Adib Khumaidi mengatakan antisipasi ini harus dilakukan dengan mengevaluasi kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Adib memahami pemerintah memang dalam kondisi sulit karena peningkatan level PPKM akan berdampak pada perekonomian masyarakat. Tapi, dia mengingatkan jangan sampai masalah ini justru memperburuk kondisi kesehatan di Tanah Air.

"Ini memang posisi yang sulit memang dari pemerintah. Di satu sisi ekonomi sudah berjalan jadi ada konsekuensi kalau dilakukan PPKM Level 3 maka ada konsekuensi yang akan timbul dari sudut pandang ekonomi, yang jelas dari kami dengan kondisi yang mulai ada progresivitas naik, hati-hati kita punya pengalaman dengan Delta," kata Adib yang dikutip dari YouTube AMSI Asosiasi Media Siber Indonesia pada Sabtu, 5 Februari.

Lebih lanjut, Adib meminta pemerintah secara berkala mengevaluasi pelaksanaan PPKM. Tujuannya, agar perubahan level yang menyebabkan perubahan aturan bisa dilakukan secara cepat sebelum kondisi penyebaran COVID-19 semakin memburuk.

"Saat ini mungkin pemerintah menganggap belum (berbahaya, red) tapi masih terus di-update. Tapi jika ini akan terus melonjak bukan tidak mungkin akan dilakukan PPKM Level 3," tegasnya.

"Jadi penentuan gas rem PPKM level 1-3 itu harus progresif dievaluasi terus, jangan sampai terlambat," imbuh Adib.

Dalam kesempatan itu, Adib juga mengingatkan Indonesia sudah masuk dalam gelombang ketiga pandemi COVID-19 akibat varian Omicron. Hanya saja, apa yang terjadi saat ini belum mencapai puncaknya.

Selain itu, masyarakat kini juga dianggap sudah lebih baik dalam merespons kasus COVID-19 di Tanah Air. Salah satu contohnya, makin penuhnya fasilitas kesehatan oleh warga yang ingin menjalani tes COVID-19 karena khawatir tertular.

"Yang saya lihat ini cukup bagus di Jakarta, respons masyarakat karena kekhawatiran di delta itu tinggi jadi semua berbondong-bondong tes PCR. Sehingga, antrian di tempat PCR ini jadi ramai karena mereka punya inisiatif begitu ternyata dia positif paling tidak itu cara mengamankan diri dan keluarga dan masyarakat lingkungannya," pungkasnya.