Bagikan:

JAKARTA - Anggota Dewan pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Emil Salim, mengatakan keahlian Indonesia di bidang ketenaganukliran harus terus ditingkatkan mengikuti perkembangan terkini guna memperkuat pengembangan teknologi energi nuklir di Tanah Air

“Teknologi nuklir ini memerlukan skill, keahlian, keterampilan. Kita lihat, apakah keterampilan di dalam teknologi nuklir berkembang di 2024 dan 2026, apakah skill Indonesia ini masih up to standard, sehingga kita tidak ketinggalan di dalam skill,” ujar Emil dalam keterangan tertulis dilansir Antara, di Jakarta, Senin, 31 Januari.

Emil menuturkan pengetahuan teknologi nuklir harus terus mengikuti perkembangan teknologi saat ini.

Menurut Emil, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengembangan teknologi energi nuklir di Indonesia, antara lain faktor biaya, waktu, kemampuan sumber daya manusia (SDM) serta faktor budaya dan keselamatan.

“Kita ini negara berkembang, dalam kondisi ekonomi yang terpukul oleh COVID-19, sehingga biaya atau finansial negara terbatas, baik untuk inovasi jangka pendek dan jangka panjang. Faktor biaya menjadi penting, bandingkan cost untuk energi nuklir dengan energi yang lain,” ujarnya.

Selain itu, ia menuturkan faktor budaya dan keselamatan termasuk limbah dari penggunaan nuklir juga harus menjadi perhatian dalam pengembangan energi nuklir ke depan.

“Teknologi nuklir bukan hal yang simpel, dia mengandung risiko, maka penanganannya perlu skill yang canggih karena ada persoalan keselamatan,” katanya.

BRIN menaruh perhatian pada penanganan isu lingkungan dan perubahan iklim dengan mendukung target Net Zero Emmission di tahun 2060, terutama dalam pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia ke depan.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh BRIN melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir adalah dengan terus melakukan pengembangan teknologi energi nuklir untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang saat ini masih dalam tahap pengkajian.