JAKARTA - Seorang pria lanjut usia (lansia) berusia 66 tahun menyerang tiga pekerja medis yang berkunjung ke rumahnya pada Kamis malam, menembak setidaknya satu dari mereka dengan apa yang tampak seperti senjata berburu dan menyandera seorang lainnya, kata polisi, menambahkan ada sandera kemudian dipastikan tewas.
Ketiganya mengunjungi rumah itu sekitar pukul 9 malam, tampaknya untuk menyampaikan belasungkawa atas kematian ibu tersangka baru-baru ini. Mereka bertanggung jawab atas perawatan medis di rumah untuk sang ibu, kata sumber investigasi, mengutip Kyodo News 28 Januari.
Kebuntuan selama 11 jam berakhir Jumat pagi, setelah polisi menyerbu rumah di Fujimino, Prefektur Saitama, dekat Tokyo, Jepang dan menangkap pria yang diidentifikasi sebagai Hiroshi Watanabe.
Sandera yang tewas adalah dokter berusia 44 tahun Junichi Suzuki, kata polisi. Pekerja medis yang tertembak, seorang fisioterapis berusia 41 tahun, tetap tidak sadarkan diri.
Adapun pekerja medis ketiga juga dibawa ke rumah sakit setelah terluka dengan semprotan gas air mata, sambung polisi.
Seorang penduduk di lingkungan itu menelepon polisi setelah mendengar ledakan keras pada waktu yang hampir bersamaan. Pekerja darurat lokal juga menerima laporan dari seseorang yang mengatakan dua orang telah ditembak.
Polisi berbicara dengan Watanabe melalui telepon selama kebuntuan. Tersangka tidak membuat tuntutan khusus, kata mereka, mengutip dia yang mengatakan sandera itu "baik-baik saja," dan "Saya ingin membantunya. Tolong selamatkan dia."
Polisi tidak berbicara langsung dengan sandera dan tidak dapat memastikan kondisinya.
Menurut tetangga, Watanabe tinggal bersama ibunya yang terbaring di tempat tidur dan hanya memiliki sedikit kontak dengan mereka.
"Saya mendapat kesan bahwa dia benar-benar berbakti untuk merawat ibunya," ungkap wanita berusia 74 tahun itu.
Watanabe pindah ke daerah itu bersama ibunya beberapa tahun lalu, ungkap seorang pria berusia 91 tahun. Dia ingat pria itu mengatakan, dia tidak bisa mengikuti kegiatan perumahan karena dia harus merawat ibunya.
Dengan kebuntuan yang berlanjut hingga Jumat pagi, pihak berwenang setempat telah mengevakuasi sekitar 110 penduduk setempat. Sementara, sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di dekatnya akan ditutup pada hari itu.
BACA JUGA:
Seorang mahasiswa berusia 19 tahun yang tinggal di dekatnya mendengar ledakan keras saat berada di rumah pada Kamis malam. Setelah diberitahu tentang kejadian itu oleh seorang petugas polisi, dia bergegas ke sekolah dasar terdekat yang ditunjuk sebagai tempat evakuasi dan kemudian menuju ke tempat lain yang lebih jauh di sekolah menengah pertama.
"Saya takut. Saya ingin segera meninggalkan daerah itu," ujarnya.
Seorang pria 54 tahun menyaksikan mobil polisi berbaris di jalan. "Saya pikir itu kebakaran, tapi saya terkejut mendengar orang-orang sedang mengungsi. Biasanya di daerah yang sepi," tandasnya.