JAKARTA - Untuk pertama kalinya sejak Mei jumlah kematian akibat COVID-19 di Brasil berkurang. Hal itu menunjukkan langkah maju bagi negara di Amerika Latin itu. Brasil, dalam waktu-waktu belakangan adalah negara kedua dengan kasus tertinggi di dunia.
Melansir Reuters, Kamis, 3 September, Brasil telah mengonfirmasi empat juta kasus dengan lebih dari 120 ribu kematian. Namun, angka kematian harian dalam rata-rata turun di bawah sembilan ratus per hari pada pekan lalu.
Angka itu terendah dalam tiga setengah bulan, menempatkan Brasil di bawah tingkat kematian Amerika Serikat (AS) dan India. Para peneliti di Imperial College London juga menghitung bahwa tingkat penularan di Brasil berada di bawah tingkat 1.
Tingkatan tersebut merupakan penghitungan bahwa penularan baru melambat. Sebelumnya, tingkat penularan COVID-19 di Brasil juga pernah turun di bawah tingkat 1 pada Agustus. Namun, angka itu hanya bertahan satu pekan.
Namun, statistik yang disajikan Pemerintah Brasil menunjukkan masih ada ketidakstabilan. Pada Selasa, 1 September dan Rabu, 2 September, Brasil mencatat lebih dari 1.100 kematian setiap hari dan para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan yang terburuk sudah berakhir.
“Kami berada dalam tren menurun dibandingkan dengan dataran tinggi sebelumnya,” kata Roberto Medronho, pakar penyakit menular di Universitas Federal Rio de Janeiro. “Tapi angkanya masih tinggi dan kita harus tetap waspada agar tidak bertambah lagi.”
Peringatan ahli
Ahli epidemiologi melihat Brasil sebagai peringatan bagi beberapa negara lain, seperti India, yang sekarang mengalami lonjakan kasus. “Brasil adalah kisah peringatan,” kata Albert Ko, seorang profesor di Yale School of Public Health.
"Epidemi memukul keras dan banyak intervensi berbasis bukti tidak diterapkan atau dilakukan dengan benar di banyak tempat," tambah ahli yang memiliki pengalaman puluhan tahun dalam bidang epidemiologi.
Jaga jarak sosial yang dipegang oleh sebagian besar ahli kesehatan masyarakat sebagai alat kunci untuk menahan penyebaran virus, diterapkan dengan buruk sejak awal di Brasil. Hal tersebut membuat angka COVID-19 di Brasil selalu berada di puncak.
Langkah-langkah tinggal di rumah telah dilonggarkan di hampir seluruh negeri akibat tekanan dari Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Bolsonaro menyatakan tindakan terus berada di rumah telah membahayakan bagi ekonomi.
BACA JUGA:
Bagi Paulo Lotufo, seorang ahli epidemiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Sao Paulo, penyebab angka COVID-19 yang tinggi dalam jangka panjang adalah tempat-tempat seperti di selatan dan barat tengah yang gagal mempertahankan tindakan kuncitara.
"Jika mereka telah mengambil tindakan yang benar, melakukan kontrol yang memadai dan mempertahankannya untuk waktu yang lebih lama, mereka akan terhindar dari wabah dan Brasil akan berada dalam situasi yang lebih baik," jelasnya.