Satgas COVID-19 Sebut WHO Minta Tiap Negara Saling Berbagi Vaksin
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito

Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan World Health Organization (WHO) meminta setiap negara dapat berbagi vaksin untuk mencegah terjadinya nasionalisasi vaksin dalam penanganan COVID-19.

"WHO telah menekankan pentingnya sharing atau berbagi vaksin ataupun sharing tools untuk mencapai kesembuhan global secara bersama termasuk mencegah vaccine nasionalism," kata Wiku dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Selasa, 1 September.

Adapun yang dimaksud dengan nasionalisasi vaksin atau vaccine nasionalism adalah pengembangan vaksin yang hanya diperuntukkan demi kepentingan nasionalisasi atau hanya satu negara saja. 

Sebab, WHO menilai vaksin COVID-19 adalah barang umum milik publik yang bisa digunakan oleh siapa pun. Wiku juga menjelaskan saat ini sudah terbentuk The Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator.

ACT Accelerator adalah organisasi dari lintas sektor pemerintah maupun swasta global yang melakukan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mencari vaksin COVID-10. Sehingga, ke depan vaksin dapat diakses oleh siapapun dan kapan pun.

"Komitmen politik antar negara ini dibutuhkan dalam menangani isu ini dan sekarang kerjasama dikembangkan oleh berbagai pihak di dunia termasuk Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan vaksin," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut vaksin buatan Indonesia (vaksin Merah Putih) sudah berada dalam tahapan pembuatan benih vaksin. Dia meyakini vaksin tersebut dapat diuji klinis di awal tahun 2021 dan sesudah itu bisa segera diproduksi secara massal.

"Saat ini vaksin merah putih dalam proses membuat benih vaksin atau seed vaccines dan prosesnya sudah 30-40 persen," kata Jokowi dalam pengarahannya kepada 34 Gubernur seluruh Indonesia menghadapi pandemi COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dilaksanakan secara daring, Selasa, 1 September.

Pengerjaan vaksin ini, kata dia, dilakukan oleh konsorsium nasional yang melibatkan Lembaga Biologi Molekuler Eikjman bersama sejumlah perguruan tinggi dan juga lembaga penelitian. 

Dengan kondisi ini, Jokowi yakin uji klinis vaksin COVID-19 itu segera selesai di awal tahun 2021. "Dan insyaallah, siap produksi di pertengahan 2021," tegasnya.

Sambil menunggu vaksin tuntas, kata Jokowi, Indonesia telah mendapatkan komitmen kerja sama vaksin dari sejumlah negara. Adapun total vaksin yang terkumpul dari hasil komitmen itu mencapai 20 juta hingga 30 juta dosis vaksin untuk awal tahun 2021 dan di akhir tahun jumlahnya akan meningkat hingga 290 juta dosis.