Bagikan:

JAKARTA - Roberta Metsola, anggota parlemen anti-aborsi menjadi favorit untuk menggantikan David Sassoli menduduki jabatan Presiden Parlemen Eropa, satu-satunya lembaga parlementer Uni Eropa yang dipilih langsung oleh warga Eropa.

Metsola, anggota kelompok sayap kanan European People's Party (EPP) dari Malta, termasuk di antara empat kandidat untuk posisi tersebut, bersama Sira Rego dari Spanyol (kiri radikal), Kosma Zlotowski dari Polandia (ECR, Eurosceptics) dan Alice Bah Kuhnke dari Swedia (Hijau).

Masing-masing akan menyampaikan program mereka kepada sesama anggota parlemen di Strasbourg pada Hari Selasa untuk menggantikan Sassoli, yang meninggal pada 11 Januari dan masa jabatannya berakhir minggu ini, mengutip Euronews 18 Januari.

Roberta Metsola telah menjadi anggota parlemen sejak 2013 dan wakil presiden Parlemen sejak 2020. Metsola, anggota parlemen konservatif, baru-baru ini memperoleh visibilitas menjalankan tugas Sassoli, yang absen dari Parlemen selama beberapa minggu karena sakit.

Namun, ibu empat anak ini juga menuai kritik dari beberapa rekannya karena pandangan anti-aborsi yang dianutnya serta dianut secara luas di Malta, negara Uni Eropa terakhir di mana aborsi masih sepenuhnya ilegal.

parlemen eropa
Ilustrasi Parlemen Eropa. (Wikimedia Commons/European Parliament)

Sadar akan keberatan yang dia timbulkan dalam masalah ini, dia meyakinkan jika terpilih, "tugasnya adalah mewakili posisi Parlemen", termasuk hak-hak seksual dan reproduksi.

Secara tradisional, pemilihan paruh waktu untuk Parlemen Eropa hampir selalu berganti-ganti antara kiri dan kanan. Metsola (43) pada awalnya diharapkan mendapat manfaat dari kesepakatan antara tiga kekuatan politik utama EPP, S&D (sosial demokrat) dan Renew Europe (sentris dan liberal).

Kelompok-kelompok tersebut telah sepakat pada 2019 untuk mendukung pencalonan Sassoli, seorang sosialis. Dan, untuk calon EPP untuk mengambil alih paruh kedua legislatif.

Tetapi mengingat keberhasilan pemilihannya baru-baru ini, terutama di Jerman, kelompok S&D mempertanyakan dukungannya, dengan ketua kelompok Iratxe García menjelaskan, dia ingin membela seorang kandidat "sesuai dengan prioritas dan nilai (dia)".

Ketiga kelompok akhirnya mencapai kesepakatan baru pada Hari Senin, berdasarkan deklarasi politik yang menyebutkan beberapa prioritas, termasuk perang melawan kekerasan terhadap perempuan dan kesetaraan gender, reformasi perpajakan Eropa dan penerapan arahan tentang upah minimum.

Perjanjian tersebut juga memberikan kelompok S&D lima jabatan wakil presiden di parlemen, serta beberapa kursi komite.

Di paling kanan, kelompok Identitas dan Demokrasi (ID), yang mencakup RN Prancis dan Liga Italia, akan mendukung kandidat Euroskeptis Kosma Zlotowski dari kelompok Konservatif dan Reformis Eropa.

roberta metsola
Roberta Metsola. (Facebook/Roberta Metsola)

Proses pemilihan

Jika terpilih, Metsola akan menjadi wanita ketiga yang memimpin majelis yang beranggotakan 705 orang, setelah Simone Veil dari Prancis (1979-1982) dan Nicole Fontaine (1999-2002).

Untuk terpilih, seorang kandidat harus menerima mayoritas mutlak suara yang diberikan melalui pemungutan suara rahasia. Jika tidak ada mayoritas mutlak yang diperoleh setelah tiga putaran pemungutan suara, putaran keempat diselenggarakan dengan dua kandidat yang menerima suara terbanyak pada putaran sebelumnya.

Berbeda dengan sebelum-sebelumnya, pelaksanaan pemungutan suara kali ini akan dilakukan di kejauhan, karena situasi kesehatan terkait pandemi COVID-19.

Selain presiden, tidak kurang dari 14 wakil presiden akan dipilih selama sesi, untuk masa jabatan dua setengah tahun. Posisi kepala komite parlemen dan delegasi Eropa juga akan diperbarui, menjadi ajang tawar-menawar sengit antara kelompok-kelompok politik.

Menurut aturan prosedur parlemen, presiden memiliki sejumlah kekuasaan, termasuk memutuskan diterimanya teks dan amandemen yang diajukan ke majelis untuk pemungutan suara, di samping memimpin debat. Dia juga mewakili lembaga tersebut di KTT Eropa yang diikuti 27 Negara Anggota.