JAKARTA - Korea Utara menembakkan setidaknya dua rudal balistik pada hari Jumat, tes ketiga dalam dua minggu, hanya beberapa jam setelah mengkritik dorongan AS untuk sanksi baru atas peluncuran sebelumnya, sebagai "provokasi" dan peringatan akan reaksi keras.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan telah mendeteksi apa yang diduga sebagai dua rudal balistik jarak pendek (SRBM), yang diluncurkan ke arah timur dari Provinsi Pyongan Utara di pantai barat Korea Utara.
Sementara, penjaga pantai Jepang juga melaporkan Korea Utara menembakkan apa yang bisa menjadi rudal balistik. Rudal-rudal itu tampaknya telah mendarat di laut di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang, lapor penyiar NHK, mengutip seorang pejabat kementerian pertahanan Jepang yang tidak disebutkan namanya.
Peluncuran itu akan menjadi yang ketiga sejak Tahun Baru, kecepatan uji coba rudal yang luar biasa tinggi. Dua rudal sebelumnya adalah "rudal hipersonik," lapor media pemerintah Korea Utara, yang mampu melaju dengan kecepatan tinggi dan bermanuver setelah diluncurkan.
Berbeda dengan uji coba hari Jumat, masing-masing peluncuran sebelumnya melibatkan satu rudal yang ditembakkan dari Provinsi Jagang, tetangga Pyongan Utara.
Kim Dong-yup, mantan perwira Angkatan Laut Korea Selatan yang mengajar di Universitas Kyungnam Seoul, mengatakan Korea Utara bisa saja menembakkan SRBM yang sebelumnya digunakan seperti KN-23 atau KN-24.
"Itu bisa muat dalam latihan musim dingin mereka yang sedang berlangsung, sambil mengirim pesan ke Amerika Serikat melalui tindakan mengikuti pernyataan media pemerintah," ujarnya, mengutip Reuters 14 Januari.
Korea Utara membela uji coba rudal sebagai haknya yang sah untuk membela diri, mengatakan Amerika Serikat sengaja meningkatkan situasi dengan menjatuhkan sanksi baru, media pemerintah melaporkan sebelumnya pada Hari Jumat, mengutip kementerian luar negeri.
Pengembangan "senjata tipe baru" Korea Utara baru-baru ini hanyalah bagian dari upayanya untuk memodernisasi kemampuan pertahanan nasionalnya, dan tidak menargetkan negara tertentu atau membahayakan keamanan negara tetangga, ujar Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan di KCNA.
Pernyataan itu memperingatkan "reaksi yang lebih kuat dan pasti" yang tidak ditentukan ,jika Amerika Serikat mengambil sikap konfrontatif.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, Pemerintahan Presiden AS Joe Biden pada Hari Rabu menjatuhkankan sanksi pertamanya atas program senjata Korea Utara, menyusul serangkaian peluncuran rudal Korea Utara.
Selain itu, Presiden Biden juga meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan terhadap beberapa individu dan entitas Korea Utara, yang dituduh melanggar resolusi dewan keamanan yang melarang pengembangan rudal dan senjata nuklir Korea Utara.
Kim Dong-yup menunjuk pada pernyataan tahun lalu oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bahwa Pyongyang akan mendekati Washington "dengan prinsip menjawab kekuatan dengan ketangguhan, dan itikad baik dalam kebaikan".
"Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Korea Utara mungkin mengatakan mereka akan menempuh jalan mereka sendiri tanpa diintimidasi," tandas Kim Dong-yup.