Bagikan:

JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menyarankan pemberian vaksinasi dosis penguat atau booster dilakukan secara heterolog atau menggunakan jenis vaksin berbeda dengan vaksin primer.

"Secara teori untuk dosis ketiga (penguat) apa saja boleh, tapi dalam penelitian yang homolog (sejenis) tidak disarankan," ujar Tri Yunis Miko Wahyono di dilansir Antara, Jakarta, Kamis, 13 Januari.

Ia memaparkan, jika seseorang telah mendapatkan vaksin primer (dosis pertama dan kedua) menggunakan Sinovac maka vaksinasi dosis penguat disarankan menggunakan jenis vaksin berbeda.

Menurutnya, pelaksanaan vaksinasi dosis penguat penting demi mengurangi tingkat keparahan seseorang di tengah transmisi varian Omicron saat ini.

"Omicron memang tidak dapat dicegah dengan booster, tapi yang mengalami akan ringan sehingga tidak memerlukan pelayanan kesehatan," tuturnya.

Di samping itu, lanjut dia, pemberian vaksinasi dosis penguat juga untuk mempertahankan daya tahan tubuh.

Ia mengimbau, program vaksinasi penguat ini diprioritaskan untuk kelompok lansia dan orang yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid.

Di sisi lain, Tri Yunis meminta pemerintah untuk mencari strategi agar kelompok usia di bawah enam tahun tidak sampai terpapar karena belum mendapatkan vaksinasi COVID-19.

"Saat ini saya khawatir dengan anak-anak usia di bawah enam tahun yang memang belum mendapatkan vaksinasi. Kasus di Amerika Serikat saat ini didominasi anak-anak," katanya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengemukakan pemberian dosis penguat antibodi kepada masyarakat Indonesia mempertimbangkan ketersediaan vaksin yang ada pada tahun 2022 ini di Tanah Air.

"Pemerintah akan memberikan vaksinasi booster dengan mempertimbangkan ketersediaan vaksin yang ada di tahun ini," kata Budi Gunadi Sadikin.

Ia menambahkan, kombinasi vaksin booster juga mempertimbangkan hasil riset dari peneliti dalam dan luar negeri yang sudah dikonfirmasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

Untuk peserta penerima vaksin primer Sinovac, kata Budi, akan diberikan takaran setengah dosis vaksin Pfizer sebagai penguat. Untuk penerima vaksin primer dosis lengkap Sinovac akan diberikan vaksin setengah dosis vaksin AstraZeneca.

Bagi penerima vaksin primer dosis lengkap Astrazeneca, kata Budi, akan diberikan vaksin penguat setengah dosis vaksin Moderna.

Budi mengatakan beberapa penelitian dalam dan luar negeri sudah menunjukkan bahwa vaksin penguat homolog atau jenis yang sama maupun heterolog atau kombinasi jenis yang berbeda menunjukkan peningkatan antibodi yang relatif sama.