Penerima Bantuan Curhat dan Nangis di depan Jokowi: Gajinya Dipotong dan Biaya Transportasi Mahal
Tangkap layar Evisiona Simbolon, salah satu penerima bantuan yang curhat kepada Presiden Jokowi. (Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi meluncurkan program bantuan gaji atau upah untuk pegawai non-Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp600 ribu per bulan. Dalam acara peluncuran tersebut, Jokowi sempat melakukan dialog dengan para penerima bantuan.

Evisiona Simbolon, salah satu penerima bantuan bercerita kepada Jokowi tentang kondisinya saat ini. Wanita yang berprofesi sebagai perawat di Rumah Sakit (RS) Mitra Keluarga Kelapa Gading itu menyampaikan bahwa gaji per bulannya harus dipangkas, imbas pandemi di tempat ia bekerja.

Cerita Evi ini berawal dari pertanyaan Jokowi terhadapnya. Saat itu, Jokowi meminta Evi untuk melihat berapa nominal yang diterimanya dari program bantuan gaji. Kemudian, Jokowi bertanya kepada Evi, bantuan tersebut akan digunakan untuk apa.

Evi sempat terdiam, lalu perlahan mulai mengeluarkan suara dengan nada bergetar dan raut wajah yang tak kuasa menahan tangis, ia mulai bercerita kepada Jokowi bahwa hidupnya mengalami kesulitan karena wabah COVID-19.

"Saya pribadi dengan adanya COVID-19 ini memang mengalami kesulitan. Kami juga di rumah sakit mengalami penurunan penghasilan. Setiap karyawan mendapatkan cuti di luar tanggungan, jadi tiap bulannya kami dipotong gaji Pak," ucap Evi di hadapan Jokowi, saat peresmian Program Bantuan Gaji, di Istana Negara, Kamis, 27 Agustus.

Jokowi tampak mendengarkan cerita Evi. Jokowo setuju dengan apa yang dicaritakan Evi bahwa kesulitan akibat pandemi COVID-19 dialami semua kalangan.

"Jadi dengan bantuan subsudi upah ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya. Semoga kami bisa mempergunakan dengan baik," ucap Evi.

Usai mendengarkan cerita Evi, Jokowi kembali menanyakan untuk apa bantuan ini digunakan.

"Pertanyaan saya belum dijawab. Mau dipakai apa, kalau boleh tahu. Kalau tidak ya tidak apa-apa enggak usah dijawab. Untuk apa, beli apa?," ujar Jokowi.

Evi pun menjawab bantuan tersebut akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti biaya ongkos transportasi.

"Ya kalau saya secara pribadi, pak, untuk transportasi. Kan sekarang juga dengan adanya COVID-19 ini kan transportasi harganya mahal. Bisa juga untuk kebutuhan pribadi. Semoga dengan adanya bantuan ini kami bisa mempergunakannya dengan baik," jawab Evi.

Kemudian, Jokowi bertanya hal yang sama kepada guru honorer yang menerima bantuan gaji.

"Guru honorer ada? Ibu rutin ya bayar BP Jamsostek. Dibayarkan oleh sekolah? Kalau boleh tahu mau dipakai apa bu? Sudah ditransfer Rp1,2 juta saya ingin punya bayangan untuk dipakai apa?," tanya Jokowi.

Menjawab pertanyaan Jokowi, guru honorer yang tidak menyebutkan namanya mengatakan bahwa iuran BP Jamsostek dibayarkan oleh Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta dengan mekanisme langsung memotong gaji.

"Bantuan akan kami gunakan sebaik-baiknya Bapak untuk kehidupan sehari-hari," jawabnya.

Guru honorer tersebut juga bercerita bahwa akibat pandemi COVID-19, sistem belajar mengajar harus dilakukan lewat daring atau online. Sehingga, hal ini juga membuat pengeluarannya bertambah karena harus membeli kuota internet.

"Saya pribadi yang masih tinggal di kontrakan tentunya berpengaruh kepada pembayaran listrik, pembayaran air karena aktivitas kita setiap hari ada di rumah. Selanjutnya penambahan mungkin untuk biaya operasional kami Pak, untuk membeli kuota," tuturnya.