Bagikan:

JAKARTA - Plt. Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ali Fikri buka suara atas pernyataan anak dari Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, Ade Puspitasari, yang tak terima ayahnya terkena operasi tangkap tangan (OTT).

Ade menuding OTT KPK bermuatan politis dan pembunuhan karakter terhadap Rahmat Effendi atau Pepen. Ali menegaskan kegiatan tangkap tangan ini sesuai prosedur hukum yang berlaku.

"KPK melakukan dokumentasi secara detail baik foto maupun video dalam proses tangkap tangan tersebut yang begitu jelas dan sangat terang bahwa pihak-pihak yang terjaring dalam OTT beserta dengan barang buktinya," kata Ali kepada wartawan, Minggu, 9 Januari.

Ali meminta semua pihak, termasuk Ade Puspitasari untuk tidak melontarkan opini yang hanya didasarkan pada asumsi pribadinya yang keliru atau sengaja dibangun. Sebab, hal itu hanya akan membuat gaduh di masyarakat.

"Ujaran kontraproduktif seperti itu hanya akan memicu kesalahpahaman publik dan membuat gaduh proses penegakkan hukum yang telah taat azas," ungkap Ali.

Lebih lanjut, Ali menyatakan penanganan perkara oleh KPK tidak pandang bulu dan tidak didasarkan pada latar belakang sosial politik pelakunya.

"Dalam proses pembuktiannya nanti, tentu Majelis Hakim yang punya kewenangan mutlak dan independen untuk memutus apakah para pihak bersalah atau tidak," ucapnya.

KPK menetapkan Rahmat Effendi atau Pepen bersama delapan orang lainnya sebagai tersangka dugaan suap pengadaan barang dan jasa serta lelang jabatan di Pemerintah Kota Bekasi.

Lalu pada saat Pelantikan Pengurus Kecamatan (PK) Partai Golkar se-Kota Bekasi, Ade Puspitasari mengaku tidak terima Pepen disebut terjaring OTT KPK. Menurut Ade, banyak saksi yang melihat bahwa Pepen ditangkap tanpa memegang uang.

"Saksinya banyak, stafnya yang di rumah itu saksi semua. Bagaimana Pak Wali dijemput di rumah, bagaimana Pak Wali hanya membawa badan. KPK hanya membawa badan Pak Wali, tidak membawa uang sepeser pun," kata Ade pada Sabtu, 8 Januari.

Ketua DPD Golkar Partai Bekasi ini pun menuding penangkapan ayahnya punya muatan politis. Bahkan, katanya ada pihak yang sedang mengincar Partai Golkar.

"Uang yang ada di KPK itu uang yang di luaran dari pihak ketiga, dari kepala dinas, dari camat, itu pengembangan, tidak ada OTT, memang ini pembunuhan karakter. Memang ini kuning sedang diincar. Kita tahu sama tahu siapa yang mengincar kuning," ujarnya.