Bagikan:

JAKARTA - Jutaan pelajar di Meksiko akan kembali bersekolah secara virtual lewat jaringan televisi. Mereka kembali melakukan kegiatan belajar setelah absen selama berbulan-bulan akibat pandemi COVID-19. Sistem pembelajaran tersebut memicu banyak pelajar sekolah swasta untuk pindah ke sekolah negeri.

Menurut organisasi sekolah swasta Meksiko yang dikutip Reuters mencatat hampir 2 juta pelajar di semua tingkatan mengundurkan dari sekolah swasta. Kurangnya pengajaran secara tatap muka membuat banyak orang tua tidak bersedia menanggung biaya sekolah swasta yang mahal.

“Kami menghadapi krisis yang luar biasa,” kata Alfredo Villar, kepala Asosiasi Sekolah Swasta Nasional di Meksiko. “Banyak sekolah kehabisan orang dan kemungkinan besar harus ditutup.”

Pendukung sekolah swasta khawatir gejolak ini dapat mengendurkan sistem pendidikan, terutama setelah Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador membatalkan reformasi yang bakal meningkatkan standar pengajaran di Meksiko. Seperti diketahui, Meksiko menjadi salah satu negara dengan kinerja terburuk untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan.

Sejak pandemi COVID-19, sekolah termasuk di antara institusi pertama yang diperintahkan untuk ditutup pada Maret. Sebanyak 30 juta pelajar dari sekitar 216.500 sekolah negeri dan lima juta siswa sekolah swasta, berhenti mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Meksiko sejak itu mencatat lebih dari 60.000 kematian akibat COVID-19. Angka itu tertinggi ketiga dari tingkat kematian pandemi COVID-19 secara global. Dalam upaya mempertahankan murid dan pendanaan, sekolah swasta mencoba memikat orang tua dengan diskon, beasiswa, dan tunjangan lainnya.

"Itu konyol. Mereka mengurangi (biaya sekolah) 3%, tetapi sebelumnya mereka menaikkannya 30% pada siklus sebelumnya,” kata Alicia Martinez, yang sejak awal krisis mulai berjuang untuk menghidupi kedua anaknya di sekolah swasta. 

Meksiko mengklaim pandemi COVID-19 baru-baru ini mereda. Namun melihat penularan masih terlalu tinggi, membuat kembali membuka sekolah akan berisiko tinggi.

Tahun ajaran baru dimulai dengan program belajar di rumah yang disiarkan oleh jaringan televisi. Cara tersebut dilakukan sampai tingkat penularan COVID-19 dianggap cukup rendah.

“Hari pertama kelas sangat kacau untuk anak-anak dan guru,” kata Maritza Moreno, seorang pengajar di sekolah swasta negara bagian Tlaxcala. Buku teks untuk kurikulum televisi pemerintah yang belum tiba di komunitas pedesaannya, membuat para guru mengalami kesusahan. “Kami tidak tahu apa-apa tentang program televisi itu,” tutupnya.