Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengungkapkan kekecewaan terhadap jajarannya kali ini soal komunikasi publik dalam penanganan COVID-19. Ekspresi kecewa Jokowi hingga menegur bawahannya dianggap wajar, namun masyarakat lebih butuh aksi membereskan pola kerja terkait COVID-19.

“Ada ketidakpuasan Pak Jokowi, yang berpikir (persoalan) bisa diselesaikan dan harus diingatkan terus. Pak Jokowi di masa COVID-19 beberapa bulan terakhir to the point menyampaikan kecewa, tapi Pak Jokowi mungkin memberi kesempatan menteri bekerja sebelum reshuffle,” kata pengamat politik Hendri Satrio saat dihubungi, Senin, 24 Agustus.

Namun kekecewaan Jokowi yang dibahas di depan para menteri menurut Hendri harusnya disudahi dengan melakukan perombakan kabinet (reshuffle). Masyarakat menunggu kerja kabinet yang cepat dalam penanganan COVID-19.

“Kalau terbawa arus berkeluh kesah mulu rakyat bosan, kan sudah pernah marah, terus mau apa. Action ditunggu masyarakat,” ujarnya.

Urusan reshuffle ini dinilai Hendri bisa dilakukan sesegera mungkin. Jokowi dianggap tidak tersandera koalisi untuk utak-atik menteri.

“Pak Jokowi membentuk kabinet nggak ada pandemi. Harusnya saat ada pandemi, dia rombak itu dengan orang-orang yang siap bekerja dalam situasi krisis. Rakyat bingung presiden ngeluh, tapi nggak lakukan apa-apa. Harusnya diganti langsung dengan (tim yang siap) situasi krisis. Disesuaikan saja situasinya. Komplain bagus masih ada sisi positifnya, tinggal action saja,” sambung pendiri KedaiKOPI ini. 

Sebelumnya, Presiden Jokowi menegur jajaran menterinya yang kerap asal bicara tanpa meminta arahan dari Satgas Penanganan COVID-19. Teguran ini disampaikan Jokowi dalam rapat terbatas yang diikuti oleh para menteri dan lembaga terkait.

"Saya minta setiap ingin statement tentang COVID ditanyakan lebih dulu dengan yang namanya Prof Wiku (Jubir Satgas Penanganan COVID-19, red). Sehingga tidak semua komentar dan yang diambil statment dari kita berbeda semuanya," kata Jokowi dalam ratas bertajuk Laporan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 24 Agustus.

Teguran ini muncul setelah belakangan ini Jokowi melihat banyak media dalam negeri maupun media asing yang memberitakan hal kurang tepat. Menurut dia, hal ini terjadi karena komunikasi yang disampaikan oleh jajaran menteri dan lembaga terkait tidak tepat.

"Ini cara komunikasi kita yang tidak firm, tidak gamblang, dan tidak jelas. Hati-hati," tegasnya.

Soal kabinet, sempat muncul kabar bakal dilakukannya pergantian menteri. Tapi Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno, menepisnya. Kabinet saat ini tengah fokus menangani krisis akibat pandemi Covid-19.

“Jadi kita semua terkejut dengan rilis yang mengatakan ada 18 menteri yang akan di-reshuffle. Itu tidak benar, karena hari-hari ini kita konsentrasi luar biasa untuk menghadapi krisis kesehatan dan krisis perekonomian,” kata Pratikno.

Mensesneg menjelaskan seluruh menteri yang duduk di Kabinet Indonesia Maju beserta jajaran di bawahnya tengah bekerja keras untuk menangani dampak pandemi. Hal tersebut sesuai dengan arahan Presiden Jokowi agar jajarannya memanfaatkan momentum krisis untuk lompatan kemajuan.

“Pak Presiden selalu perintahkan kepada menteri untuk fokus bekerja, fokus menyelesaikan krisis, dan fokus membajak momentum krisis ini untuk melakukan lompatan kemajuan di segala bidang,” jelasnya.

“Jadi itu yang sudah disampaikan Pak Presiden kepada saya juga, karena saya juga mengkonfirmasi perihal ini kepada beliau kemarin,” imbuh Pratikno.