JAKARTA - Mantan Perdana Menteri (PM) Ukraina, Yulia Tymoshenko dinyatakan positif mengidap COVID-19 pada Minggu, 23 Agustus. Juru bicara (jubir) partainya mengatakan sebelumnya mantan PM tersebut mengalami gejala demam.
Jubir tersebut bahkan mengatakan kondisi Tymoshenko kini cukup serius. "Kondisinya dianggap serius, suhunya mencapai 39 (Celcius)," kata jubir partai dikutip Reuters.
Kendati demikian jubir partai menolak memberitahu lebih lanjut terkait penanganan dan lokasi karantina Tymoshenko. Sementara diketahui angka penularan COVID-19 di Ukraina telah meningkat tajam dalam seminggu terakhir. Bahkan, pandemi COVID-19 telah membuat Parlemen Ukraina libur sejak pertengahan Juli.
The leader of the #Batkivshchyna party Yulia #Tymoshenko was found to have a #coronavirus. Several members of her family are also ill.
1987 new #covid19 cases were confirmed in #Ukraine in the last 24 hrs. 1990 cases suspected#covid_19 pic.twitter.com/c0i3fzL7oz
— Sergii Kharchenko (@ukrreporter) August 23, 2020
Sebelumnya, Tymoshenko menjadi populer karena perannya sebagai wakil pemimpin Revolusi Oranye Ukrainan pada 2004. Kala itu, dirinya menjadi pendukung setia Vikroe Yushchenko yang kemudian menjadi Presiden Ukraina.
Atas dukungannya itulah, Tymoshenko menjadi PM sebanyak dua kali di bawah pemerintahan Yuschenko. Namun kemudian keduanya berselisih setelah kekacauan politik menahun melanda Ukraina.
Pada 2010 Tymoshenko mencoba peruntungan maju sebagai calon presiden. Sayangnya, dirinya kalah suara dari Viktor Yanukovich yang didukung oleh Rusia. Kekalahannya pun berujung menyedihkan. Sebab, Tymoshenko dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara atas penyalahgunaan jabatan selama menjadi PM.
BACA JUGA:
Pada akhirnya, Tymoshenko dibebaskan dari penajra pada awal 2014 setelah Yanukovich digulingkan dalam pemberontakan besar-besaran di Ukraina. Hal itulah yang membuat Ukraina yang awalnya condong ke Rusia, berubah haluan menjadi lebih dekat dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Sejauh ini Ukraina telah mengonfirmasi 106.757 kasus penularan COVID-19. Di antara itu, terdapat 2.293 kasus meninggal dunia.