Akankah Jemaah Umrah Berangkat Januari 2022?
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Para calon jemaah umrah Indonesia tengah menunggu kepastian untuk diberangkatkan ke Arab Saudi. Diketahui, semula umrah perdana akan dilaksanakan pada 23 Desember lalu, namun seiring menyebarnya COVID-19 varian Omicron maka pemerintah memutuskan untuk menunda pelaksanaan hingga 2 Januari 2022 mendatang. 

Menutup akhir tahun ini, para jemaah punya harapan untuk segera berangkat ke Tanah Suci. Pasalnya, Kementerian Kesehatan telah menyatakan bahwa salah satu syarat yakni penggunaan aplikasi Tawakkalna dan PeduliLindungi sudah sinkron. Artinya, Januari nanti para jemaah diprediksi sudah bisa diberangkatkan. 

 

Informasi ini diungkap oleh Ketua Komisi VIII DPR Yandri Susanto. Dia mengapresiasi upaya Menkes Budi Gunadi Sadikin yang telah menyinkronisasi aplikasi PeduliLindungi dan Tawakkalna. Menurutnya, dengan memperhatikan prokes maka jemaah bisa berangkat umrah pada Januari 2022.

 

"Saya melihat animo masyarakat yang tertunda umrah sangat tinggi untuk ke Tanah Suci, jadi kalau pun masih ada karantina, terus mungkin prokes diperketat saya meyakini jemaah kita akan taat kok. Kalau bisa di Januari ini mulai kirim jemaah umrah itu lebih baik," ujar Yandri, Kamis, 30 Desember. 

 

Lebih lanjut, Yandri mengatakan rencana keberangkatan umrah di Januari 2022 juga sudah disampaikan oleh Kementerian Agama. Dikatakannya, Kemenag hanya menunggu sinkronisasi PeduliLindungi dan Tawakkalna selesai.

"Saya sempat berdiskusi dengan Pak Menteri dan Pak Dirjen Haji termasuk Pak Sekjen memang dalam bulan Januari insyaallah akan berangkatkan jemaah umrah, tapi dengan syarat ya PeduliLindungi sudah teraplikasi dengan tawakkalna, termasuk manasiknya sudah disesuaikan dengan manasik di zaman pandemi, dan lain sebagainya," jelasnya.

Yandri pun mengungkapkan pentingnya sinkronisasi PeduliLindungi dengan Tawakkalna ketika berkunjung ke Arab Saudi. Sebulan lalu, kata dia, semua orang wajib menggunakan aplikasi Tawakkalna di manapun ketika berada di Arab.

"Waktu saya ke Saudi bersama Menag sebulan lalu memang di sana memakai aplikasi, mau masuk hotel, mau ke Madinah soalnya pakai Tawakkalna, karena itu kita minta ke Menkes memang kalau benar-benar tuntas ya perlu di-launching, perlu dipublikasikan dan perlu disampaikan ke jemaah umrah maupun ke masyarakat secara umum, sehingga tidak lagi ada tanda-tanya apakah benar sudah terafiliasi apa belum," katanya.

"Karena ketika ini belum tuntas kita khawatir ketika jemaah umrah tiba di Jeddah atau di Madinah akan sulit untuk lancar urusan ke sana kemarinya, itu bisa membuat jemaah umrah terhambat selama ada di Saudi," sambung dia.

Karenanya, Wakil Ketua Umum PAN ini menilai keberangkatan umrah tidak perlu menunggu COVID-19 varian Omicron hilang. Sebab menurutnya, selama jemaah mematuhi protokol kesehatan dan karantina setelah umrah, maka tidak akan ada masalah.

"Kalau menunggu virus hilang nggak akan hilang virus itu, tapi gimana kita patuh dan taat dan punya komitmen yang sama untuk mentaati prokes baik di dalam negeri maupun sampai ke Tanah Suci. Kalau itu dilakukan insyaallah nggak akan ada masalah," demikian Yandri. 

Lantas, apa kata Kementerian Agama? Akankah jemaah berangkat Januari mendatang?

"Iya insyaallah, semoga tidak ada perubahan kebijakan dari Saudi," kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Hilman Latief, kepada wartawan, Kamis, 30 Desember. 

Terkait persiapannya, Hilman mengatakan akan terlebih dahulu mengevaluasi jemaah yang sudah berangkat pada Desember ini. 

 

Diketahui, ada 25 orang yang berangkat umrah pada 23 Desember lalu. Mereka adalah tim dari penyelenggara yang akan mensurvei segala aspek untuk pelaksanaan umrah.

"Kita akan evaluasi dulu yang sudah berangkat tanggal 23 Desember. 25 orang (yang berangkat)," katanya.

Hilman mengatakan, kebijakan pemberangkatan itu juga akan mempertimbangkan aturan pemerintah nantinya. Mengingat, kasus transmisi lokal varian omicron di RI kini sudah terjadi.

"Ya kita lihat perkembangan," tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan integrasi PeduliLindungi dengan Tawakkalna merupakan ranah dari Kemenkes. Yaqut mengatakan sinkronisasi dipercepat agar jemaah umrah bisa segera berangkat.

"Iya kita proses terus. Itu domainnya di Kemenkes. Kita minta kepada Kemenkes untuk dipercepat karena menyangkut banyak hal, 5ermasuk bagaimana jemaah umrah kita bisa mudah sampai ke sana" kata Yaqut, Rabu, 29 Desember. 

Yaqut mengatakan Kemenag sedang mempersiapkan proses pemberangkatan jemaah umrah ke Arab Saudi. Lalu, kapan jemaah umrah dari RI berangkat ke Saudi?

"Ini dipersiapkan. Setelah ada pelonggaran, setelah ada pelonggaran insyaallah berangkat," tutur Yaqut.

Tawakkalna merupakan aplikasi milik Pemerintah Arab Saudi. Sinkronisasi PeduliLindungi dengan Tawakkalna ditujukan untuk mempermudah pengecekan status kesehatan, vaksinasi dan keperluan lain bagi jemaah umrah.

Selain itu, pemerintah juga mengingatkan calon jemaah umrah untuk segera mengikuti vaksinasi Corona. Ada empat jenis vaksin Corona yang dipakai di Arab Saudi, yakni Pfizer, Moderna, AstraZeneca dan Johnson & Johnson.

Bagi jemaah asing yang memakai empat vaksin tersebut, maka bisa menjalankan ibadah umrah. Sedangkan jemaah yang mendapatkan vaksin jenis lain, seperti Sinovac dan Sinopharm harus memperoleh minimal satu kali vaksin booster dari empat merek yang dipakai di Saudi.