Bagikan:

JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Fahriza Tanjung menyebut ada 42 guru yang meninggal dunia akibat COVID-19.

"Pada tanggal 18 Agustus 2020, dalam catatan kami, ada 42 guru meninggal akibat COVID-19. Ada juga 2 orang tenaga kependidikan lainnya yang meninggal akibat COVID-19," kata Fahriza dalam diskusi virtual, Sabtu, 22 Agustus.

Dari 42 guru yang meninggal, 1 orang tercatat mengajar di Jakarta. Seorang guru ini sempat berkontak langsung dengan 3 guru lainnya. Kemudian, ada 3 guru yang meninggal mengajar di Jawa Tengah, dan 38 lainnya di Jawa Timur.

FSGI tak punya data pasti mengenai tempat penularan COVID-19 ini. Namun sebagian guru menurutnya masih diwajibkan ke sekolah untuk mengisi daftar hadir.

"Apa yang terjadi di Surabaya, mereka diwajibkan hadir untuk absensi jari. Ini potensi muncul data (penambahan kasus COVID-19 di pada guru) seperti itu," ujar Fahriza.

Dia mengatakan, tidak semua fasilitas kebersihan di sekolah memadai dan mampu meminimalisasi penyebaran virus corona. Fahriza pun mengambil satu contoh Kabupaten Toba, Sumatera Utara yang sedang mempersiapkan pembelajaran tatap muka di sekolah.

Sebelum membuka kembali kegiatan, sekolah diharuskan mengisi daftar periksa di laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dari 51 sekolah, ternyata hanya 13 sekolah yang melakukan isian daftar periksa.

"37 sekolah tidak melakukan daftar periksa. Patut kita pertanyakan kenapa sekolah yang tidak melakukan isian di daftar periksa ini bisa melakukan pembukaan sekolah," sambung Fahriza.

Karena itu, Fahriza menilai pembukaan kembali sekolah pada zona hijau (tanpa kasus COVID) dan zona oranye (risiko rendah) di masa pandemi COVID-19 sangat berisiko bila dilakukan tanpa persiapan.