Tradisi Memancing Tradisional di Maladewa Lindungi Populasi Tuna untuk Masa Depan
Ilustrasi memancing tuna dengan teknik pole and line. (Wikimedia Commons/Paul Hilton)

Bagikan:

JAKARTA - Sekelompok nelayan Maladewa berbaris di belakang perahu. Saat mereka melemparkan pancing dan kail tanpa duri ke dalam air, mereka memancing ikan dengan melemparkan baitfish kecil ke permukaan. Caranya adalah dengan menciptakan ilusi mangsa bagi tuna.

Metode ini disebut pole and line fishing. Diyakini oleh beberapa orang berasal dari Maladewa, negara kepulauan di Samudra Hindia, dan telah diturunkan dari generasi ke generasi selama berabad-abad.

Begitu mereka merasakan gigitan, para nelayan mengayunkan tongkat itu ke atas dan ikan itu menabrak geladak di belakang mereka. Mereka mengulangi teknik ini selama berjam-jam, menangkap ikan satu per satu.

"Memancing dengan pancing dan pancing sangat berbeda dengan menebar jala atau menangkap ikan dengan jaring," ujar Hamid Abdallah, seorang nelayan Maladewa, seperti dikutip dari CNN 26 Desember

"Kami menangkap ikan dengan pole and line karena kami ingin bisa terus melakukannya selama mungkin. Inilah yang telah dilakukan keluarga saya selama beberapa generasi. Kembali ke nenek moyang saya, ini adalah mata pencaharian kami," sambungnya.

Maladewa menangkap hampir 100.000 ton tuna per tahun, menjadikan ikan tersebut merupakan komoditi ekspor terbesar negara itu. Untuk melestarikan sumber makanan ini, Maladewa mendorong orang untuk mempraktikkan semua jenis penangkapan ikan yang berkelanjutan.

mancing tuna
Ilustrasi tuna. (Wikimedia Commons/Jean-Pierre Bazard)

Memancing dengan pole and line membantu menghilangkan bycatch, di mana spesies ikan yang tidak diinginkan ditangkap secara tidak sengaja, yang bisa menjadi masalah besar dengan metode penangkapan ikan lainnya.

"Saat Anda menebarkan jaring, jaring itu tanpa pandang bulu menyendoki semuanya, terlepas dari spesies atau ukurannya. Pole and line fishing menangkap ikan satu per satu," papar Abdallah.

Industri perikanan global sangat penting untuk ketahanan pangan, tetapi penangkapan ikan yang berlebihan dan tangkapan sampingan yang berlebihan mengancam kehidupan laut dan mengganggu ekosistem.

Di seluruh dunia, lebih dari 7 juta metrik ton tuna dan spesies mirip tuna ditangkap setiap tahun. Penangkapan ikan tuna bernilai setidaknya 40 miliar dolar AS pada tahun 2018, tetapi menurut WWF, sebagian besar stok tuna telah dieksploitasi sepenuhnya dan beberapa di antaranya terancam punah.

Sementara itu, para ahli mengatakan mendorong penangkapan ikan dengan pancing dan tali pancing akan lebih baik bagi lingkungan, tetapi metode ini tidak tersebar luas karena padat karya, membutuhkan tenaga, keterampilan, dan waktu. Namun, banyak orang Maladewa bertujuan untuk menjaga tradisi tetap hidup.

"Ketika Anda berada di laut selama sekitar satu minggu, saya tidak terlalu memikirkannya, karena saya sangat menyukainya. Sekarang kami memiliki banyak anak muda yang tertarik untuk memancing. Saya menyukainya karena itulah yang dilakukan ayah dan nenek moyang saya," pungkas Abdallah.