JAKARTA - Kementerian Kesehatan membantah pernyataan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang menyebut kabar mengenai kemunculan COVID-19 varian baru dengan jenis B.1.1.529 terlalu didramatisasi.
Juru bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menegaskan, kenyataannya penyebaran Omicron berdampak besar di beberapa negara di dunia hingga mengakibatkan pemerintah menerapkan lockdown.
"Tidaklah (dramatisasi). Kita lihat di Inggris dengan 90 ribu kasus perhari, Belanda sudah lockdown, Swiss pengetatan dan Amerika Serikat fasilitas kesehatannya mulai kewalahan karena banyak orang yang tertular," kata Nadia saat dihubungi, Selasa, 21 Desember.
Sementara itu, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19 Sonny B. Harmadi menegaskan pemerintah tidak memiliki niat untuk menakuti masyarakat dengan kebijakan pengetatan yang dilakukan sehubungan dengan masuknya Omicron di Indonesia.
"Mana ada pemerintah ingin menakut-nakuti? Bahkan Bapak Presiden sendiri berpesan agar masyarakat tidak perlu panik, tak perlu takut berlebihan. Namun harus waspada, dengan mematuhi protokol kesehatan dan segera ikut vaksinasi," ucap Sonny.
Sonny mengungkapkan, pemerintah selalu mempertimbangkan kajian dari para ahli dalam menerapkan kebijakan menghadapi mutasi yang sudah menjadi varian of concern WHO tersebut.
"Pemerintah termasuk Satgas selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memutuskan kebijakan. Didasarkan pada analisis data, rekomendasi WHO, dan pandangan para pakar. Bukan hanya 1 atau 2 pakar melainkan banyak pakar. Bukan opini 1 atau 2 orang," jelas dia.
BACA JUGA:
Diketahui sebelumnya, Siti Fadilah Supari menganggap kabar mengenai kemunculan varian Omicron dalam mutasi COVID-19 terlalu didramatisasi dan dibesar-besarkan.
"Didramatisasi gitu kayaknya, sampai ada yang bilang 'mati lo kalau kena Omicron'," ucap Siti Fadilah dalam tayangan Youtube Realita TV.
Padahal, menurut Siti Fadilah, sifat mutasi Omicron tidaklah ganas, meski mudah menular. Ia mengingatkan masyarakat untuk tidak panik jika terkena virus varian Omicron.
"Omicron itu karena mutasi dari sedikit protein, tetapi strain-nya tetap yang lama. Yang berubah sifatnya adalah yang ada di ujung dari protein itu," ungkap dia.