Traveloka dkk Beserta Sektor Pariwisata Bisa Bantu Selamatkan Indonesia dari Resesi?
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Industri pariwisata Tanah Air perlahan berusaha bangkit di tengah pandemi COVID-19 dan ancaman resesi ekonomi. Sejumlah tempat wisata di berbagai daerah juga sudah mulai dibuka walaupun hanya bisa dikunjungi oleh wisatawan lokal.

Pandemi yang terjadi sejak awal Maret telah menyebabkan tekanan luar biasa pada sektor pariwisata. Untuk bisa bertahan dari kemerosotan bisnis akibat wabah ini, berbagai upaya dilakukan oleh perusahaan online travel agent (OTA), termasuk Traveloka.

CMO Traveloka & CEO Traveloka Experience Christian Suwarna mengatakan, untuk memenuhi perubahan kebutuhan pengguna di era new normal atau adaptasi kebiasaan baru, Traveloka menyajikan fitur-fitur yang mengedepankan fleksibilitas.

Pertama, transportasi udara. Christian mengatakan, pihaknya menerapkan konsep Fly Worry-Free atau terbang tanpa rasa khawatir untuk melakukan perubahan jadwal penerbangan tanpa biaya tambahan.

Kedua, akomodasi. Pada fitur ini, Traveloka menerapkan sistem buy now stay later atau beli sekarang bayarnya kemudian, easy reschedule atau kemudahan penjadwalan ulang, dan Pay Upon Check-In (PUCI) atau bayar saat check-in.

Terakhir, Traveloka Xperience. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menggunakan voucher kapan saja dengan jangka waktu penggunaan yang cukup panjang.

"Kami juga menghadirkan inovasi strategi promosi melalui Traveloka LIVEstyle Flash Sale, sebuah program yang menggabungkan konsep flash sale dengan kanal marketing berupa siaran langsung (live stream) yang dikemas dalam format bincang santai serta berbagai konten menarik," tuturnya, saat dihubungi VOI, Rabu, 19 Agustus.

Melalui program LIVEstyle Flash Sale, Christian berharap, Traveloka dapat membantu para mitra untuk menjalankan operasional bisnisnya di periode sulit ini. Baru-baru ini, pihaknya juga meluncurkan Kampanye Traveloka Clean Partners yang memudahkan pengguna untuk mengidentifikasi mitra-mitra Traveloka yang telah berkomitmen untuk menerapkan protokol kebersihan, kesehatan, dan keamanan sesuai ketetapan pemerintah dan lembaga terkait.

Khusus untuk wilayah Banyuwangi, kata Christian, Traveloka juga telah menjalin kerja sama strategis dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk menggandeng para pelaku industri di sektor pariwisata di Banyuwangi.

"Dan mendigitalisasi sistem pemasaran produk dan layanannya melalui platform Traveloka, sehingga dapat menjangkau konsumen dari skala nasional hingga mancanegara," katanya.

Animo Masyarakat Mulai Meningkat

Christian mengatakan, di era new normal atau adaptasi kebiasaan baru terlihat mulai ada peningkatan animo masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata. Peningkatan ini sejalan dengan rencana membuka tempat wisata domestik lain menyusul Bali dan Banyuwangi.

"Secara keseluruhan, kami melihat mulai meningkatnya animo pengguna untuk beberapa produk Traveloka di era transisi Adaptasi Kebiasaan Baru. Untuk produk transportasi, terdapat peningkatan transaksi meskipun jumlah transaksi di periode ini masih jauh dari jumlah transaksi pada periode sebelum pandemi COVID-19," katanya.

Untuk produk akomodasi, data internal Traveloka mencatat bahwa sejak bulan Juni tren permintaan untuk staycation di dalam kota terus mengalami peningkatan. Terutama, kata Christian, di beberapa kota besar Indonesia dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

"Sementara itu, peningkatan permintaan pengguna untuk produk Traveloka Xperience juga mengalami peningkatan hingga delapan kali lebih tinggi pada Juli, sejak mulai dibukanya sejumlah lokasi wisata pada akhir Juni," tuturnya.

Senada, Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno mengatakan, sudah terlihat adanya kenaikan penjualan namun tidak signifikan. Hal ini karena wisatawan hanya melakukan liburan yang masih berada di sekitar tempat tinggal.

"Travellers juga kebanyakan hanya staycation, perorangan atau keluarga yang tidak terlalu memerlukan jasa tambahan seperti sewa mobil ataupun guide. Penjualan tiket sedikit. Untuk hotel teman-teman sudah mulai ada yang jual voucher pay now stay later," ujar Pauline.

Pauline mengatakan, pada periode Maret hingga Mei penjualan drop hingga 90 persen. Namun, ketika pemerintah melonggarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga normal baru diberlakukan perlahan sudah ada peningkatan penjualan.

"Dari Maret-Mei sales drop 90 persen. Sekarang ada kenaikan. Cuma saya tadi baru terima report belum sempat hitung," tuturnya.

Pariwisata Penyelamat dari Terjangan Resesi

Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto mengatakan salah satu sektor yang bisa menyelamatkan resesi ekonomi pada triwulan III tahun 2020 adalah sektor pariwisata, sebab saat ini sudah menjadi variabel pendorong ekonomi.

Pariwisata, kata Adik, juga menjadi salah satu episentrum pertumbuhan ekonomi di wilayah Jatim karena ada banyak sektor yang berkaitan erat dengan kinerjanya, seperti sektor jasa, kuliner, hingga pertanian dan UMKM.

Namun demikian, kata dia, yang harus diperhatikan adalah bagaimana pariwisata ini bisa kembali dibuka dengan memperhatikan perlindungan terhadap anak-anak, karena anak-anak, khususnya di masa pandemi COVID-19, sangat rentan mengalami eksploitasi.