DPR Pertanyakan Efektivitas Perekonomian dari Munculnya Pecahan Uang Rp75 Ribu
Uang Rp75 ribu (Foto: Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan mengatakan, peluncuran uang Rp75 ribu harus dikaji, apakah efektif atau malah sebaliknya ketika program pemulihan ekonomi sedang dilakukan di masa pandemi COVID-19.

Heri menganggap, peluncuran uang pecahan Rp75 ribu menjadi simbol baik menyambut momentum Hari Kemerdekaan yang ke-75. Namun, dalam kondisi Pandemi COVID-19, kehadiran uang baru Rp. 75.000 masih perlu dikaji efektivitasnya dalam mendorong pemulihan ekonomi. 

"Dari sisi ekonomi, patut dipertanyakan efektivitas pecahan uang Rp75 ribu dalam mendorong pemulihan perekonomian yang saat ini sedang di ambang resesi akibat adanya pandemi COVID-19," kata Heri dalam keterangan tertulis, Minggu, 16 Agustus.

Heri menganggap peluncuran uang pecahan Rp75 ribu menjadi kontraproduktif dalam upaya pemulihan perekonomian nasional. Jika uang baru tersebut akan dilempar ke masyarakat, lanjut dia, maka perlu ada kajian dampak positif dan negatif yang akan ditimbulkan. 

"Uang baru akan membutuhkan proses produksi. Bila produksinya di dalam negeri maka akan baik untuk perekonomian, setidaknya sektor percetakan akan menerima manfaatnya. Namun bila dicetak di luar negeri, maka keuntungan tersebut akan dinikmati oleh percetakan asing," tutur Heri.

Selain itu, perbankan harus menyesuaikan berbagai instrumen dan beban biaya yang harus disiapkan dalam menunjang penyediaan uang pecahan baru ini. Misalnya, penyesuaian sistem teknologi pada ATM harus bisa menerima pecahan Rp75 ribu. 

"Bila biaya yang ditanggung perbankan cukup besar, maka ini bisa dijadikan alasan untuk makin lama menurunkan suku bunga pinjaman karena adanya penambahan beban biaya tersebut," jelasnya.

Menurut Heri, perlu ada perbaikan dari gagalnya pemerintah menahan kemerosotan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020, yakni minus 5,32 persen. Bahkan, kata dia, sejumlah pihak memprediksi tren kurang menggembirakan tersebut akan berlanjut ke kuartal III 2020. 

Kata Heri, sebaiknya semua pihak, khususnya Bank Indonesia harus fokus mencari cara memulihkan perekonomian agar tidak masuk ke dalam jurang resesi pada kuartal III 2020. 

"Bila pada kuartal III 2020, perekonomian masih menunjukkan kinerja yang buruk maka ke depan akan semakin berat untuk memulihkannya," ungkap dia.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan meluncurkan uang baru dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan ke-75 RI. Uang tersebut merupakan edisi khusus.

"Betul. Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia akan meluncurkan uang baru," kata Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Rahayu Puspasari.

Rahayu menjelaskan, karena masa pandemi COVID-19 peluncuran uang baru ini, dilaksanakan secara virtual. Pemerintah mengambil langkah ini untuk mencegah penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China ini.

Peresmian pengeluaran uang peringatan Kemerdekaan 75 tahun Republik Indonesia ini akan dihadiri oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Senin, 17 Agustus, pukul 11.15 hingg 11.45 WIB, yang bisa disaksikan melalui live streaming di kanal YouTube Bank Indonesia. Uang baru peringatan 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia ini nantinya akan diserahkan secara simbolis kepada keluarga Proklamator secara virtual sebagai Token of Appreciation (ToA).