KKP Teliti Arkeologi Maritim Guna Optimalkan Wisata Bahari Tidore
Ilustrasi - Aktivitas menyelam di bawah laut. (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan kegiatan diseminasi hasil riset kajian arkeologi maritim terkait situs kapal tenggelam dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan wisata bahari berkelanjutan di Kota Tidore, Kepulauan Maluku Utara.

Kepala Pusat Riset Kelautan (Pusriskel) KKP, Nyoman Radiarta, dalam rilis di Jakarta, Jumat menyebutkan bahwa salah satu potensi pengembangan pariwisata bahari di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia adalah wisata selam kapal tenggelam.

Menurut dia, wisata selam kapal tenggelam dinilai akan menawarkan petualangan baru bagi para penyelam dan memberikan gambaran sekilas tentang kehidupan masa lalu manusia karena kapal karam adalah kapsul waktu bersejarah.

Ia menyatakan, pengembangan wisata kapal karam yang berkelanjutan dan bertanggung jawab memerlukan riset sebagai dasar ilmiah untuk bahan pijakan para pengambil kebijakan baik di pemerintahan pusat maupun daerah.

Oleh karena itu, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) melalui Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LRSDKP) Pusriskel melaksanakan kegiatan riset Kajian Potensi Arkeologi Maritim Situs Kapal Tenggelam untuk Pengelolaan Wisata Bahari Berkelanjutan dan Penguatan Narasi Sejarah dan Budaya Maritim di Tidore pada tahun 2019 dan 2021.

"Shipwreck diving dapat memberikan pengalaman berbeda yang unik, tidak biasa, spektakuler, inspiratif, dan mempesona kepada para wisatawan penyelam. UNESCO menyebutkan bahwa sumber daya kapal karam sangat penting untuk sejarah maritim negara bersangkutan dan dapat menarik para penyelam dan penggemar sejarah untuk mendapatkan pengalaman dan mempelajari situs warisan bawah laut secara langsung," terang Nyoman dilansir Antara, Jumat, 10 Desember.

Wali Kota Tidore Kepulauan, Ali Ibrahim, dalam keterangan tertulis menyatakan bahwa nilai tinggi yang dikandung benda muatan kapal tenggelam (BMKT) mendasari pemerintah untuk mengelola BMKT karena BMKT adalah milik bangsa dan identitas sebagai negara maritim.

Pihaknya menekankan bahwa BMKT memiliki nilai yang kompleks, tidak saja secara ekonomi tapi juga sejarah dan ilmu pengetahuan.

Hal tersebut, lanjutnya, karena, teka-teki mengenai perdagangan, teknologi perkapalan dan hubungan antar bangsa dapat terjawab melalui temuan kapal dan BMKT.

Disebutkan, kekayaan laut termasuk benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam merupakan sumber daya sejarah, budaya, ilmu pengetahuan, dan ekonomi yang pemanfaatannya perlu dikelola untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan pembangunan nasional.

Kepala Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir Bungus, Nia Naelul Hasanah Ridwan, menerangkan bahwa pariwisata bahari merupakan segmen pariwisata terbesar, terutama untuk negara dengan pesisir dan pulau-pulau kecil yang mengandalkan ekosistem laut yang sehat.

Untuk itu, ujar dia, pengembangan pariwisata harus menjadi bagian dari pengelolaan wilayah pesisir terpadu untuk membantu melestarikan ekosistem yang rapuh dan berfungsi sebagai wahana untuk mempromosikan ekonomi biru.

Sebagai informasi, riset arkeologi maritim di Tidore dilakukan untuk menindaklanjuti permohonan dari Walikota Tidore, Ali Ibrahim, pada tahun 2018 tentang dukungan riset bagi pengungkapan Sejarah Maritim terkait Ekspedisi Magellan-El Cano untuk mendukung peringatan Sail Tidore dan peringatan 500 tahun penjelajahan mengelilingi bumi yang dilakukan oleh lima armada kapal Spanyol.

Kegiatan riset juga dilaksanakan untuk mengidentifikasi kondisi, profil, dan potensi situs kapal karam di perairan Kelurahan Tongowai dan Tanjung Soasio beserta kondisi lingkungannya untuk pengembangan wisata bahari dan penentuan upaya pelindungan maupun pelestariannya serta mengetahui nilai signifikansi situs kapal tenggelam di perairan Tidore Kepulauan sebagai data dasar dan informasi dalam rangka penguatan narasi sejarah maritim Nusantara dan peran penting Tidore sebagai salah satu Kosmopolis Rempah di Jalur Rempah dan Jalur Sutra Laut.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, optimistis wisata bahari dapat menjadi pilihan utama masyarakat, pasalnya KKP memiliki pesisir dan ruang laut dari Sabang hingga Merauke yang bisa dimanfaatkan sebagai destinasi wisata bahari.