Dansatgas: Dangkalnya Sungai dan Hoaks Hambat Penanganan Semeru
Komandan Posko Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru, Danrem 083/Baladhika Jaya Kolonel Inf Irwan Subekti/FOTO VIA ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Komandan Posko Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru, Danrem 083/Baladhika Jaya Kolonel Inf Irwan Subekti menegaskan pendangkalan dasar sungai dan hoaks menghambat penanganan bencana erupsi Gunung Semeru.

“Pada kesempatan ini saya melaporkan kendala di lapangan adalah adanya mendangkalnya sungai di curah kobokan desa setiap hari,” kata Irwan dalam konferensi pers Review Kejadian Bencana Bulan Desember dan Perkembangan Pasca Erupsi Gunung Semeru dikutip Antara, Jumat, 10 Desember. 

Irwan menjelaskan, terjadinya pendangkalan dasar sungai disebabkan oleh rata-rata curah hujan yang tinggi pada siang hingga sore hari, sehingga berpotensi menyebabkan banjir. Oleh sebab itu, pada saat melakukan proses pencarian korban bencana perlu meningkatkan kewaspadaan.

Selain pendangkalan sungai, hal lain yang menyebabkan proses penanganan menjadi terhambat adalah pasir di sekitar sungai masih berasap dan panas. Hal tersebut membuat proses pencarian yang dilakukan secara manual oleh tim SAR ataupun alat berat menjadi sangat terbatas.

“Proses pencarian secara manual oleh tim SAR maupun oleh alat berat, masih sangat terbatas. Walaupun ada indikasi, informasi yang perlu kita dalami di titik-titik tertentu yang harus kita laksanakan pencarian,” tegas dia.

Irwan menyayangkan, adanya hoaks seperti informasi adanya penjarahan mengganggu informasi yang diberikan oleh pihaknya dan sejumlah petugas terkait, sehingga menimbulkan keresahan pada masyarakat.

Menurut Irwan, adanya pengungsi yang mengungsi ke rumah saudara maupun keluarga di luar daerah juga turut membuat pihaknya perlu memperhatikan secara mendetail data-data pengungsi yang saat ini telah pergi keluar kota.

Terakhir, Banyaknya relawan maupun masyarakat yang peduli terhadap korban bencana tersebut, justru menghambat proses lalu lintas di daerah bencana.

Hal ini kemudian membuat penanganan menjadi tidak maksimal dan berbahaya, karena membuat lalu lintas menjadi lebih padat dan lokasi bencana rawan akan cuaca ekstrem.

“Kami mohon pada masyarakat bahwa sekiranya akan memberikan bantuan cukup beberapa kendaraan saja, tidak berbondong ke tempat bencana,” kata dia.