Belajar dari Malaysia-Singapura, Rektor IAI Tazkia Bogor Sebut Industri Halal Bukan Identik dengan Muslim Tapi...
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Rektor Institut Agama Islam (IAI) Tazkia Bogor, Murniati Mukhlisin menyatakan, Indonesia harus belajar tentang industri produk halal dari dua negara tetangga yaitu Malaysia dan Thailand.

"Suatu tantangan untuk membawa Indonesia menjadi pusat perekonomian dan keuangan syariah dunia pada tahun 2024, termasuk makanan minuman halal rankingnya harus nomor satu," katanya di Samarinda, Kalimantan Timur, Antara, Jumat, 10 Desember. 

Indonesia sampai saat ini masih menduduki ranking lima terbawah dalam hal makanan minuman halal di dunia. Jika dilihat dari geliat negara-negara yang sangat memperhatikan makanan minuman halal maka terdapat potensi keuntungan ekonomi yang tinggi. Alhasil, negara tersebut sangat memperhatikan pelaku-pelaku bisnisnya.

"Semakin lama orang semakin sadar tentang pentingnya makanan minuman halal bukan hanya bagi muslim, tetapi juga nonmuslim. Dari situ lah strategi dibuat oleh pemerintah Thailand dan Malaysia," katanya menegaskan.

Dijelaskannya, dengan jumlah penduduk 35 juta jiwa dan 60 persen penduduknya atau sekitar 17 juta jiwa merupakan Muslim, Malaysia menjadi pemasok makanan minuman halal terbaik di dunia.

Ia pun mengungkapkan para pelaku bisnis di Indonesia kerap mengeluh tentang susah, mahal dan lamanya mendapatkan sertifikasi halal itu. "Selama satu tahun terakhir pemerintah mengubah beberapa kebijakan dengan dibentuknya Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan ini menjadikan geliat untuk mendapatkan sertifikasi halal semakin mudah," katanya.

Dia juga menegaskan saat ini yang harus dilakukan ialah sosialisasi yang lebih baik lagi kepada masyarakat, menghapuskan stigma susah, mahal dan lama serta harus bergerak bersama. Ia menyatakan negara luar sering kali membuat penelitian tentang hewan yang dipotong secara Islam akan menunjukkan hewan tersebut meninggal dengan tenang.

"Darahnya habis sehingga dia sehat dikonsumsi. Lebih sehat dibandingkaan dengan yang ditembak. Mereka sampai kaget," katanya.

Ia pun menyebut negara luar lama kelamaan menyadari bahwa halal bukan hanya identik dengan islam, melainkan kesehatan.

"Itu yang kita promosikan terus. Kalau kita tanya 'is it halal' mereka nggak tersinggung. Saya sering ke berbagai negara dan mereka mengakui halal itu baik, halal itu sehat," demikian Murniati Mukhlisin.