Jubir Pemerintah untuk Penanganan COVID-19: Waspada Meski Tidak Ditemukan Varian Omicron di Indonesia
Tangkapan layar Jubir Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dr. Reisa Broto Asmoro dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 10 Desember (Foto: Prisca Triferna/Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dr. Reisa Broto Asmoro meminta seluruh pihak untuk tetap waspada meski pengurutan genom dari Indonesia masih belum menemukan adanya varian Omicron di Tanah Air.

"Meski sampai dengan malam tadi hasil whole genom sequencing dari Indonesia masih tidak ditemukan varian Omicron di Indonesia. Namun, kewaspadaan yang tinggi akan tetap membawa keuntungan bagi kita semua dibandingkan lengah dan terlena," kata dia dalam konferesi pers virtual dari Jakarta, dilansir Antara, pada Jumat, 10 Desember.

Menghadapi varian-varian COVID-19, ia menyebut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah menyatakan bahwa vaksin masih ampun untuk melindungi manusia dari sakit berat dan kematian.

WHO juga sudah menyerukan agar setiap pemerintah dan individu menggunakan semua alat yang dimiliki untuk melakukan pencegahan, pengujian, dan perawatan untuk melawan COVID-19.

Salah satu yang paling utama mempercepat cakupan vaksinasi COVID-19 pada populasi paling berisiko.

Pemerintah terus berupaya meningkatkan percepatan vaksinasi di Tanah Air.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menginstruksikan seluruh pos pelayanan vaksinasi, kantor kesehatan pelabuhan, rumah sakit di bawah Kementerian Kesehatan dan politeknik kesehatan untuk melakukan vaksinasi kepada semua target tanpa memandang domisili.

Hingga Jumat, pukul 12.00 WIB, terdapat 145.085.912 orang yang sudah menerima dosis pertama atau 69,66 persen dari target pemerintah 208.265.720 orang.

Penerima dua dosis vaksin COVID-19 sudah mencapai 101.794.596 orang atau 48,88 persen dari jumlah target yang ditetapkan.

"Kita jadikan ajang perayaan Natal dan Tahun Baru ini sebagai pembuktian bahwa kita, 280 juta rakyat Indonesia, percaya lebih baik mencegah, memutus penularan sekarang dari pada mengobati dan mengalami lonjakan kasus yang mengkhawatirkan nanti di tahun 2022," kata Reisa.